Jakarta, Kartunet – Penyandang disabilitas masih dianggap sebagai kelompok masyarakat yang termarjinalkan. Berbagai gerakan sosial disabilitas pun dilakukan oleh generasi-genarasi senior dalam upaya mengatasi diskriminasi. Sayangnya, upaya-upaya tersebut masih sangat jarang yang melibatkan angkatan muda disabilitas. Padahal, sebuah pepatah mengatakan, “Pemuda hari ini adalah pemimpin di masa depan”. Oleh karena itu, alangkah baiknya jika pemuda turut dilibatkan dalam upaya penciptaan perubahan, karena bagaimanapun pemuda adalah bagian dari masa depan. Hal itulah yang kemudian mendorong lahirnya gerakan pemuda disabilitas satu ini.
Young Voices Indonesia. Ya, seperti itulah nama kelompok pemuda disabilitas yang terlahir pada Maret 2012. Young Voices merupakan program dari Leonard Cheshire Disability (LCD), salah satu NGO terbesar di London, Inggris. Program ini telah berlangsung di 22 negara seperti Filipina, Malaysia, India, Sri Lanka, dan sejumlah negara berkembang lainnya. Anggota dari Young Voices dibina untuk dapat mengadvokasi dan mempromosikan hak-hak disabilitas. Selain itu, Young Voices juga diharapkan dapat mendorong tumbuhnya kesadaran pemerintah dan masyarakat mengenai Convention on The Rights for Person with Disability (UNCRPD), yang juga telah diratifikasi oleh Indonesia pada Oktober 2011.
Anggota dari Young Voices Indonesia adalah pemuda berusia 16 sampai 25 tahun. Dengan beranggotakan 76 orang pemuda dari berbagai jenis disabilitas, kegiatan-kegiatan Young Voices Indonesia tersebar di tiga kelompok, yaitu Jakarta Selatan, Jakarta Timur, dan Banda Aceh. Setiap kelompok terdiri dari sekitar 25 anggota, dan memiliki satu orang fasilitator yang juga merupakan penyandang disabilitas.
Apa kegiatan Young Voices Indonesia?
Secara umum, Young Voices Indonesia mengadakan pertemuan rutin tiap bulan. Dalam pertemuan tersebut, para anggota diberikan berbagai pelatihan tentang teknik-teknik advokasi. Salah satu pelatihan yang pernah diberikan adalah pelatihan menulis yang dibimbing oleh jurnalis dari salah satu media nasional. Hal ini dikarenakan menulis merupakan salah satu cara paling efektif dalam mengangkat isu-isu disabilitas dalam masyarakat, serta mempromosikan hak-hak disabilitas.
Meski usia Young Voices Indonesia belum sampai satu tahun, mereka juga telah meraih eksistensi di kancah internasional. Pada September 2012, Reza Yudapradipta, salah satu anggota grup Jakarta Timur terpilih untuk turut serta dalam sebuah training musik di Kuala Lumpur, Malaysia. Dengan didampingi oleh Koordinator Nasional Young Voices Indonesia-Mahmudi Yusbi, Reza pun berangkat ke negeri Jiran mewakili Indonesia. Training musik tersebut dimaksudkan untuk membina para pemuda disabilitas agar dapat beradvokasi melalui jalur musik. Tentu saja, kegiatan tersebut menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi Reza. Ia tidak hanya memperoleh pengetahuan baru tentang music recording, menjalin persahabatan dengan pemuda disabilitas mancanegara, tetapi juga memperoleh kesempatan untuk menerima pengajaran dari Robin Miller, seorang musisi professional internasional. Miller adalah pencipta musik opening ceremony pada Olimpiade Athlanta tahun 1996 di Amerika, yang juga telah bekerja sama dengan sejumlah artis seperti Eric Claption, Sade, dan Sting.
Bulan November, Andira Pramatyasari dan Muhammad Subhan, yang mendapatkan giliran. Masih didampingi oleh sang Koordinator-Mudi, Dira dan Subhan menghadiri sebuah konferensi IT yang dihadiri oleh sekitar 3500 orang dari berbagai negara. Pada konferensi yang berlangsung di Icheon, Korea Selatan itu, Dira dan Subhan juga mengikuti lomba game yang diikuti oleh pemuda disabilitas dari sekitar 27 negara. Yang luar biasa, Dira pulang ke Indonesia dengan membawa gelar Juara Pertama dalam lomba game tersebut. Sebuah prestasi internasional yang sangat membanggakan. Tentu saja, hal ini membuat anggota-anggota Young Voices Indonesia semakin bersemangat dalam berpartisipasi dalam kegiatan Young Voices serta turut mengkampanyekan hak-hak disabilitas.
Tak hanya eksis di kancah internasional, Young Voices Indonesia juga turut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan dalam negeri. Baik grup Jakarta maupun Banda Aceh, semua turut aktif berkampanye, khususnya pada perayaan Hari Disabilitas Internasional (HDI) yang berlangsung hampir di sepanjang bulan Desember. Peringatan HDI yang berpuncak pada tanggal 3 Desember itu diramaikan dengan berbagai kegiatan, seperti gerak jalan, pentas musik, hingga pertunjukan musikalisasi puisi, yang kesemuanya diikuti secara aktif oleh Young Voices Indonesia.
Pada akhir Januari mendatang, Young Voices akan menyelenggarakan sebuah pertemuan berskala nasional. Seminar tersebut akan dihadiri oleh seluruh anggota Young Voices Indonesia, baik Jakarta maupun Banda Aceh. Tidak hanya itu, seminar bertema “Partisipasi pemuda disabilitas dalam kebijakan dan Peran pemerintah dalam Pelaksanaan UNCRPD di Indonesia” itu direncanakan akan dihadiri sekitar 200 undangan dari berbagai organisasi disabilitas, lembaga pemerintah, universitas, dan sejumlah media massa. Dengan terselenggaranya seminar tersebut, diharapkan para pemuda disabilitas dapat mengutarakan pendapat mereka, serta memperoleh peluang lebih besar untuk dilibatkan dalam pembuatan kebijakan yang terkait dengan masa depan disabilitas di Indonesia.(RR)