“Langit biru
Awan putih
Terbentang indah
Lukisan yang kuasa
Kumelayang…di udara…
Terbang dengan balon udaraku
Oh sungguh senangnya lintasi bumi
Oh oh indahnya dunia
Ada yang masih ingat dengan lirik di atas? Lirik apa ya itu???
Untaian kata di atas sebetulnya merupakan patahan kata dari sebuah lagu berjudul “Balon Udara” yang dinyanyikan oleh artis cilik serta penyanyi bernama Sherina Munaf ketika itu. Dalam video klip lagu tersebut, kita disuguhi gambaran dunia dengan 7 keajaibannya yang bagi anak kecil macam aku, video itu cukup merangsang imajinasiku ketika itu. Betapa berbinar kedua bola mataku ketika artis cilik yang sempat terkenal lewat film Petualangan Sherina itu terbang dari satu Negara ke Negara lainnya. Ya, pada video klip tersebut, Sherina menjelaskan ragam keajaiban dunia yang tersebar di seluruh penjuru dunia dengan menumpang sebuah balon udara. Dengan penuh keceriaan dan suka cita ia bergaya bak Tour Guide nan lincah menjelaskan Taj Mahal, Candi Borobudur, Tembok Besar China dan lain-lain. Melihat asyiknya Sherina terbang dengan balon udaranya, kontan saja imajinasiku bermain dengan liar dan berujung dengan rengekan pada orang tua seolah-olah keliling dunia itu seharga berputar dengan komedi putar di pasar malam. Hmm, tapi namanya juga anak kecil, apa yang ia lontarkan adalah apa yang ia pikirkan, sehingga tak penting baginya menimbang perihal hal lainnya.
Kalau kita coba flashback ke video klip lagu tersebut, kita akan menjumpai sebuah perpustakaan dimana menjadi setting awal sebelum si kecil Sherina terbang berkeliling dunia dengan balon udaranya. Yap, memang betul. Perpustakaan lah sebetulnya yang mengantar Sherina hingga ke China, India dan Negara-negara lainnya. Kok bisa? Mungkin begitu kata adikku yang notabene anak kemarin sore dan tak pernah tahu bagaimana rupa Sherina Munaf ketika terbang dengan balon udaranya. Ya…ketika itu dikisahkan Sherina sebetulnya tengah membuka-buka sebuah buku, semacam ensikopedia atau apa lah gitu namanya, yang jelas yang dibukanya adalah sebuah buku bergambar lengkap dengan penjelasannya. Oleh karena membaca buku tersebut, Sherina hanyut dalam imajinasinya dan terbang dibawa oleh imajinasinya. Sherina Nampak bahagia, seolah-olah ia betul-betul berkeliling dunia, padahal tubuhnya masih menghuni salah satu sudut perpustakaan tanpa berpindah sedikit pun. Wow…amazing ya! Betapa sebuah buku bisa membawa kita berkeliling dunia!
Nah, dari cerita tentang video klip salah satu lagu milik Sherina tersebut, kita dapat meyakini kekuatan sebuah buku dan daya yang dihasilkan dari membaca. Bisa dibayangkan kan, hanya karena sebuah buku yang kit abaca, kita dapat berpetualang ke Italia, berjalan-jalan ke Roma, masuk ke Museum Luv di Paris dan menguak rahasia dari lukisan-lukisan Da Vincci, setidaknya itulah yang kualami ketika membaca buku-buku menakjubkan karya salah seorang penulis hebat idolaku, yaitu “Dan Brown”. Atau mungkin merasakan sensasi dari keindahan Negara Mesir ketika kita hanyut dalam bacaan Ayat-Ayat Cinta dan karya-karya lainnya dari Habiburahman El Shirazi. Atau mungkin yang sedeerhana, kita bias merasakan begitu miskin serta tertinggalnya kampong yang ada di daerah Banyumas dan sekitarnya pada masa lalu, yang dikisahkan serta digambarkan lewat tulisan-tulisan karya Ahmad Tohari. Dengan biaya murah dan tanpa urusan administrasi yang sulit, kita dapat pergi ke Negara lain hanya lewat “Buku” dan “Membaca”. Menakjubkan bukan? Kalau begitu benar kalimat yang berbunyi, “Buku adalah jendela dunia”. Memang betul, dengan buku kita bisa melihat dunia lebih dekat meski jaraknya berates-ratus kilometer jauhnya. Bahkan yang lebih menakjubkan adalah seorang Tunanetra pun dapat “Melihat” dunia seperti layaknya orang awas, tentu saja dengan buku dan membaca.
Serius Tunanetra bisa melihat dunia???
Yap, tidak usah ragu lagi! Dengan membaca apa pun bias terjadi, termasuk Tunanetra yang notabene lemah secara penglihatan sekalipun bias melihat dunia. Buku dan membaca, itulah kuncinya!
Memang Tunanetra bisa membaca ya??? Bohong ya???
Tentu tidak! Louis Braille, dialah cikal bakal dari kalimat “Tunanetra bisa membaca”. Ya, lewat tulisan Braille-nya, ia berusaha menjadikan Tunanetra tidak buta huruf. Masa sudah buta, tambah buta huruf juga heheheh…
Banyak Tunanetra, apa lagi Tunanetra pada jaman dahulu sebelum tekhnologi merajalela, menggantungkan harapan untuk “Melihat” dunia lewat membaca tulisan Braille. Jadi, dengan meraba tulisan berupa titik-titik timbul pada sebuah kertas, Tunanetra mencoba berkeliling dunia dan melihat dunia meski penglihatannya tak dapat melakukan hal itu untuk dirinya.
See???
Gak sangsi lagi kan kalau Tunet alias Tunanetra bisa melihat dunia??
Tapi kadang aku berpikir, kasihan juga Tunanetra yang demi membaca satu buku saja harus rela membawa buku Braille setebal aspal jalanan. Selain itu, berdasarkan obrolan bersama teman-teman di organisasi maupun komunitas Tunanetra, jumlah buku bacaan dengan tulisan Braille masih terbatas. Tidak semua buku memiliki versi Braille. Oh no…how pity they are!
Trus ada solusi lain???
Yap, ada solusi lain! Di jaman secanggih sekarang ini, ada cara lebih mudah untuk Tunanetra meliaht dunia. Kalau sebelumnya Tunanetra melihat dunia dengan meraba buku bacaan, kini Tunanetra cukup mendengarkan software membacakan pdf. Software itu tentu sudah tidak asing lagi, namanya Om JAWS dan Mas NVDA. Kedua software pembaca layar itu cukup banyak digunakan oleh Tunanetra. Untuk tahu lebih lanjut tentang software tersebut dan bagaimana cara kerjanya, silahkan googling ya, atau Insya Allah nanti aku posting tulisan tentang kedua software itu. Yang jelas, kedua software itu bisa membantu Tunanetra dalam melihat dunia. Kalau dipikir-pikir, kedua pembaca leyar tersebut seperti relawan baca untuk Tunanetra. Ya, anggap saja kedua software itu adalah pelepas dahaga di tengah gersangnya uluran tangan relawan yang membacakan buku untuk Tunaentra heeheheh (minim relawan baca).
Relawan baca??? Terganggu kah dengan kata itu? Atau malah penasaran??
Ok, sedikit penjelasan. Relawan baca adalah orang-orang yang mau membantu membacakan buku bacaan untuk Tunanetra. Biasanya relawan baca “Panen” kerjaan kalau pas musim ujian para siswa Tunanetra baik siswa sekolah atau mahasiswa. Tugas relawan baca tersebut adalah membacakan soal ujian untuk Tunanetra tersebut. Selain itu, relawan baca juga dapat difungsikan untuk membacakan materi pelajaran yang dicetak dengan tulisan awas (Bukan Braille). Kalau tadi ada Om JAWS dan Mas NVDA yang membacakan, tapi kali ini ada relawan baca sungguhan, bukan imitasi. Tentu saja relawan baca lebih ekspresif dalam membacakan ketimbang software yang datar. Tapi sayangnya tidak banyak orang, maupun mahasiswa awas yang mau meluangkan waktunya untuk menjadi relawan baca bagi Tunanetra.
Sebetulnya relawan baca itu punya tugas sampingan lho. Apa ya kira-kira tugas sampingan relawan baca???
Reader alias pembaca tersebut biasanya dimintai jasanya untuk menjadi pengisi suara pada sebuah “DTB” atau Digital Talking Book..
Apa ya itu??
Digital Talking Book atau Buku Bicara adalah sebuah produk berupa audio dimana di dalam audio tersebut telah ada bacaan yang sebelumnya telah dibacakan oleh seorang reader. Jadi, suara atau bacaan yang dibacakan oleh reader tersebut direkam sehingga menghasilkan sebuah DTB yang dapat didengarkan oleh Tunnaetra dimana dan kapan pun selama Tunanetra tersebut memiliki device yang dapat digunakan untuk memutar audio tersebut. Nah, pada produksi DTB inilah keberadaan reader atau relawan baca sangat dibutuhkan. Tentu saja harus ada seseorang yang rela membacakan buku setebal dan setipis apapun buku yang ingin dikonversi ke dalam audio book.
Beberapa buku telah ada yang dikonversi ke dalam audio book oleh LSM bernama Mitra Netra yang kemudian disalurkan ke organisasi atau komunitas ketunanetraaan di beberapa daerah di Indonesia. Di Kota Semarang sendiri telah berdiri Perpustakaan Digital dimana di perpustakaan tersebut telah ada beberapa koleksi Buku Bicara yang dapat dipinjam oleh Tunanetra. Perpustakaan Digital tersebut merupakan bentukan dari DPD PERTUNI (Persatuan Tunanetra Indonesia) Jawa Tengah yang beralamat di Jalan Badak 3 No. 62 Semarang. Bagi Tunanetra yang ingin meminjam Buku Bicara tersebut dapat mendatangi secretariat DPD PERTUNI Jawa Tengah dengan alamat yang telah disebutkan.
Kebetulan aku adalah pengguna DTB meski tidak seluruh buku bacaan kubaca lewat DTB. Tapi beberapa kali kupinjam koleksi Buku Bicara yang ada di Sekretariat DPD PERTUNI Jawa Tengah demi melihat dunia lewat Novel, Kumpulan Cerpen atau pun panduan belajar computer. Menurutku keberadaan DTB lebih nyaman digunakan ketimbang Braille. Dengan DTB, kita tidak perlu membawa Buku Braille yang begitu tebal, selain itu kita cukup mendengarkan tanpa perlu menggunakan jemari kita untuk meraba tulisan. Sebetulnya untuk proses belajar, keberadaan DTB sangat bermanfaat, meskipun sayangnya masih sangat terbatas sekali buku bacaan yang dikonversi ke dalam DTB.
Nah itulah beebrapa cara Tunaneta “Melihat” dunia lewat buku bacaan. Ada banyak cara dan media, kan? Tapi kesemua media tersebut sayangnya masih minim. Belum banyak buku yang dikonversi ke dalam media-media tersebut. Kalau begitu ceritanya, kasihan Tunanetra dong. Ketika orang awas dapat dengan mudah menyerap ilmu dari berbagai macam buku yang dengan mudah diakses lewat perpustakaan baik di sekolah maupun perpustakaan daerah, Tunanetra justru gigit jari. Ingin baca buku apa, tidak ada versi Braille, pdf, atau pun DTB nya. Terus bagaimana Tunanetra bias melihat dunia dan menambah ilmu kalau masih terbatas seperti itu???
Sebetulnya ada cara yang bisa dilakukan teman-teman berpenglihatan awas. Teman-teman bisa menambah pahala lewat kerelaan menjadi reader alias relawan baca. Gimana???
Aku yakin, teman-teman yang kukenal, atau teman-teman kalian ada yang hobi membaca. Koleksi buku bacaan teman-teman juga pasti banyak. Nah, alangkah indahnya kalau buku bacaan itu dibagi kepada teman-teman Tunaetra lewat audio…
Asyik kan membaca buku sambil nabung pahala dengan cara mudah. Cukup merekam buku bacaan itu dengan gadget yang dimiliki, kemudian berikan kepada Tunanetra yang teman-teman kenal, atau bisa melalui website Kartunet (Karya Tunanetra) yang juga menyediakan kolom bagi siapa saja yang ingin menyumbangkan suaranya lewat rekaman buku bacaan. Silahkan yang ingin membaginya lewat Kartunet, bisa melalui link :
https://www.kartunet.com/relawanbaca
Sebetulnya lahirnya tulisan ini karena terinspirasi dari Kartunet yang memberikan media bagi teman-teman awas yang ingin mejadi relawan baca untuk Tunanetra. Ternyata membuat audio book tidak perlu menggunakan alat cangih, yang terpenting adalah apa yang dibacakan dapat didengar dan difahami dengan jelas. Itu saja. Jadi gadget sederhana pun tidak masalah yaaaa…
Ayo ayo ayo nabung pahala lewat suara dan buku bacaan. Cara mudah dapet tiket masuk syurga heehhehe….
Ayo tularkan ilmu yang ada pada buku bacaan koleksimu, tularkan pada Tunanetra! Bisa berupa novel, cerpen, puisi, buku ilmu social, ilmu ekonomi, ilmu bahasa inggris, tips memasak, atau apa pun terserah, yang penting ikhlas membacakan dan merekam…ok??
Mudah kan???
Sedikit narsis maka suaramu akan didengar terus oleh Tunanetra! Tak hanya itu, kalau rekaman yang teman-teman buat kemudian digunakan secara turun menurun oleh Tunanetra, maka pahalanya tak akan berhenti kan? So, lumayan tabungan untuk akhirat jalan terus heehhe…
Ok, ayo berbagi untuk sesame lewat buku, suara dan keikhlasan!
Salam Akselerasi!!
Assalamualaikum,apakah article ini msh relevan? Saya mauw daftar membacakan buku untuk disabilitas tunanetra? Apakah msh ada kesempatan? Bagaimana caranya? Dan audiobook apa yg sdg dibutuhkan saat ini? Terima kasih
assalamualaikum. saya tertarik ingin gabung di relawan baca dengan buku-buku islami yang saya punya. bagaimana caranya?
adakah group wa / telegram agar mempermudah para relawan saling berinteraksi
terima kasih wasalamualaimum
Mba ,inggu ini kami dan teman2 mau mengadakan kegiatan sosial ke yayasan tunanetra duafa, kami ingin membacakan sebuah buku, tapi kami belum mempunyai ide buku apa yg harus kami baca , boleh minta sarannya, buku apa yg kami baca nanti, usia tunanetra anak-sd remaja belasan tahun
buku-buku motivasi atau kisah inspiratif juga menarik
mba, mau tanya. terkait buat hukum hak cipta dari buku-buku yang di bacakan menjadi audiobook itu hukumnya seperti apa ya? saya tertarik buat jadi relawan baca. tapi saya masih penasaran sama hukum hak cipta nya. takutnya buku-buku yang udah diubah wujud nya ini kena tuntut sama penulis atau penerbit. terimakasih mba
Halo mbak Ekka, jadi ingat ini aku ngerjain laporan kelimpungam karena mata sudah ga kaya dulu, baca di kertas putih mata sakit, pala sakit, sampai drop kaya orang pingsan tidur seharian jadi aku mutusin cari relawan baca
Nah banyak juga yang membohongi aku tapi syukurny ada satu yang bantu dan bersedia ikhlas ga dibayar,
ngumpulin amal jariyah ya? 😀
iya dong mas. ngumpulin amal jariyah. nabung di Bank Pahala ya eheheh
sebetulnya, sebagai alternatif konsep tersebut, kita perlu mensosialisasikan bahwa dengan mendukung penyandang disabilitas, berarti masyarakat berinvestasi bagi keluarga, orang2 tercinta, dan diri sendiri. Sebab setiap orang berpotensi mengalami disabilitas. dan disabilitas bukan akhir dari hidup seseorang.
betul seklli mas. mudah-mudahan temen-temen lain bisa berinvestasi ya :))