Jakarta, Kartunet.com – Dari tujuh orang penyandang disabilitas penglihatan yang mengikuti SNMPTN 2011 di DKI Jakarta, tercatat tiga orang lulus dan mendapatkan kursinya di perguruan tinggi negeri di Jakarta.
Bulan Juni 2011 adalah moment dimana banyak para pelajar yang berusaha untuk melanjutkan riwyat pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi yaitu ke perguruan tinggi negri. Untuk tahun ini seleksi perguruan tinggi negri sudah dilakukan, bahkan sudah diumumkan hasilnya. Di samping itu, fenomena seleksi masuk perguruan tinggi negri juga dapat diikuti oleh para peserta yang memiliki keterbatasan yang biasa dikenal dengan para penyandang disabilitas.
Mereka tidak ingin kalah bersaing dengan para peserta Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN) yang dianggap jauh lebih sempurna fisiknya. Mereka juga punya keinginan untuk dapat melanjutkan riwayat pendidikan mereka ke jenjang yang lebih tinggi yaitu jenjang perguruan tinggi. Untuk tahun ini, para peserta tunanetra yang mengikuti SNMPTN sejumlah 7 orang. Semua peserta berlatar belakang pelajar inklusi, artinya dari 7 orang tersebut pernah bersekolah di sekolah regular ketika masih duduk di bangku SMA. 7 orang tersebut adalah:
- Juanda Saputra dari SMA Darul Maarif Jakarta.
- Firmansyah dari SMA Darul Maarif Jakarta.
- Tarup Erwin dari SMA Muhamadiyah Tanggerang Selatan.
- Yudi Hermawan dari SMA 66 Jakarta.
- Sofyan Sukmana dari SMA PGRI 3 Jakarta.
- Erika dari SMA PGRI 3 Jakarta.
- Prastyo dari SMA PGRI 3 Jakarta.
Menurut (Juanda Saputra 19 tahun) ini adalah moment penting dalam hidupnya, karena dengan dapat melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi negri dia merasa punya kebanggaan tersendiri, terutama keluarga yang selalu mendukung. Tunanetra perantauan dari Lampung ini juga bercerita ketika menghadapi soal-soal SNMPTN diakui sangat sulit, bahkan lebih sulit dari UN SMA 2011.
Tapi dia tidak putus asa. Dari 150 soal dari 2 hari tes SNMPTN, dia mengakui hanya 105 soal saja yang sanggup dia jawab. Sisanya dia tidak berani menjawab karena khawatir akan mempengaruhi nilai yang didapat. Sekedar info, memang ada system tersendiri yang berlaku di dalam SNMPTN atau seleksi-seleksi masuk perguruan tinggi negri, system tersebut yaitu bila satu soal dijawab dengan jawaban yang benar, maka satu soal tersebut mendapat nilai +4, bila satu soal tersebut dijawab dengan jawaban yang salah, maka satu soal tersebut akan mendapatkan nilai -1 dan bila satu soal tersebut tidak dijawab, maka satu soal tersebut mendapat nilai 0. Mungkin system inilah yang memperngaruhi (Juanda Saputra 19 tahun) untuk tidak menjawab 45 soal yang lain.
Saat-saat yang dinantikan akhirnya datang. Pengumuman SNMPTN secara online sudah dilakukan pada tanggal 29 Juni 2011 melalui http://www.snmptn.ac.id, seluruh para pelajar di Indonesia mengikuti pengumuman tersebut termasuk para peserta tunanetra. Juanda yang dibantu temannya membuka pengumuman SNMPTN melalui internet sangat bahagia pada waktu itu karena ternyata dia lulus dari Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN) yang diterima di jurusan Pendidikan Sastra dan Bahasa Indonesia (PBSI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dari informasi yang didapatkan redaksi, selain Juanda ada dua orang lainya yang juga lulus SNMPTN, kedua orang itu adalah Firmansyah (diterima di Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) dan Tarup Erwin (diterima di Pendidikan Luar Biasa UNJ).
Tunanetra yang bertempat tinggal di Asrama SLB-A Pembina Tingkat Nasional ini merasa sangat senang, bahkan tidak menyangka bahwa dia akan lulus mengingat soal-soal yang sudah dihadapinya sangat sulit. Sekarang Juanda sedang sibuk mengurus pendaftaran ulang di kampus yang sudah dipilihnya beserta teman satu almamater sewaktu di SMA yaitu Firmansyah 22 Tahun.
Juanda berpesan kepada seluruh tunanetra di Indonesia agar terus bersemangat dalam menuntut ilmu dan jadilah orang yang bermanfaat untuk orang lain. Dan selamat untuk para peserta yang lulus dari SNMPTN dan bagi yang belum lulus jangan putus asa karena kita dapat meraih cita-cita kita tidak harus melalui perguruan tinggi negri, masih banyak perguruan tinggi lain yang dapat memberikan peluang besar dalam meraih cita-cita kita.(Rafik)