Jakarta, Kartunet.com – Unik, mungkin itulah kesan yang akan ditangkap orang ketika mendengar nama band tunanetra satu ini. TA, alias “Tuntun Ane”, adalah band asal Jakarta yang berdiri sejak tanggal 5 Juni 2005.
“Karena kami semua tunanetra, jadi kalau naik panggung harus dituntun. Makanya diberi nama tuntun ane,” ungkap Jaya sang vokalis. Dengan kata lain, kedua kata tersebut dapat menjadi identitas mereka. Kata “tuntun” tentu merujuk kepada para personilnya yang merupakan tunanetra, sedangkan kata “ane” yang dalam bahasa Betawi berarti “saya”, mengacu kepada latar belakang para personil yang seluruhnya adalah keturunan Betawi. Selain itu, ketika mendengar nama “Tuntun Ane”, tentu kesan yang timbul adalah bahwa band ini adalah band yang humoris.
Terbentuknya band ini berawal dari kegemaran Jaya dan adiknya, Lina, terhadap lagu-lagu karya Benyamin, salah satu figure dunia hiburan tanah air yang merupakan keturunan Betawi. Kemudian, Jaya dan Lina berpikir untuk membentuk sebuah band. Mereka mengumpulkan 4 orang personil lain, dan memulai latihan dengan menyewa studio band. Sejak saat itu, TA Band resmi terbentuk dengan digawangi oleh 6 orang, yaitu Jaya dan Lina pada vokal, Iwan pada drum, Ahmad pada bass, Hasli pada gitar, dan Eko pada keyboard. Semua personil dapat bersatu dalam sebuah band karena mereka memiliki komitmen yang sama, yakni kecintaan terhadap budaya Betawi, serta keinginan untuk melestarikan budaya tanah kelahiran mereka. Walaupun berlatarbelakang musik Betawi, TA Band tetap siap tampil professional di atas panggung dengan jenis musik apapun.
Jaya dan teman-teman menjalani latihan mereka dengan bersemangat, untuk dapat tampil semaksimal mungkin pada debut perdana mereka. Juli, 2005, TA Band mengikuti festival band yang diadakan oleh Bens Radio. Kerja keras mereka tidak sia-sia. Dari 40 band yang ikut berkompetisi, TA Band terpilih menjadi salah satu di antara 10 band terbaik. Prestasi tersebut membawa mereka untuk kembali tampil pada babak final yang diselenggarakan di Pekan Raya Jakarta (PRJ). Bukanlah hal yang mudah bagi band tunanetra untuk bersaing dengan band-band lain yang non-tunanetra, namun kenyataanya TA Band akhirnya pulang dari PRJ dengan membawa gelar Juara Favorit. Meski tidak memperoleh juara 3 besar, mereka cukup bangga dengan apa yang mereka dapatkan, karena gelar juara favorit ini diberikan kepada band yang memperoleh antusiasme penonton terbanyak ketika tampil di atas panggung. Ya, meski seluruh anggota band ini adalah tunanetra, mereka tetap berhasil menarik perhatian penonton dengan gaya dan kostum.
“Tunanetra sebaiknya jangan hanya bisa bermain musik, tapi juga harus pandai bergaya, tidak kaku, serta tetap memperhatikan keserasian kostum saat tampil di atas panggung,” ujar Jaya, mengungkap rahasia kesuksesan mereka.
Prestasi lain yang pernah diraih oleh band yang dimotori oleh 2 orang vokalis low vision ini adalah festival lagu Betawi yang diselenggarakan dalam rangka merayakan HUT DKI Jakarta tahun 2007. Festival yang berlangsung di Gajah Mada Plaza ini, diselenggarakan oleh PASKI (Persatuan Seniman Komedi Indonesia). Dengan diraihnya juara II pada festival tersebut, terbukti bahwa band tunanetra satu ini memiliki penampilan yang menarik, dan pasti menghibur setiap penonton. Lawakan ala Betawi yang menjadi cirri khas TA Band, kerap kali dibawakan oleh Jaya dan Lina di sela penampilan panggung mereka. Jelas sekali betapa besar kecintaan band yang amat mengagumi figure Benyamin dan Ida Royani ini terhadap budaya dalam negri dengan senantiasa memberi nuansa Betawi pada aksi panggung mereka.
Selain mengikuti festival, TA Band juga pernah menjadi Home Band pada program acara “Asal Gobleg”, yaitu di stasiun TV lokal, Jak TV. Mereka menjadi Home Band pada gelaran talk show bernuansa Betawi tersebut pada tahun 2009. Pengalaman menarik lainnya yang pernah mereka alami adalah ketika mengisi acara HUT RI di daerah tempat tinggal mereka. Karena terlalu senang dan bersemangat, Jaya dan Lina sebagai vokalis bergoyang ke sana ke mari, akibatnya mereka jadi lupa arah, sehingga bernyanyi sambil membelakangi penonton. Ini menjadi pengalaman paling lucu yang mereka alami, di mana kejadian semacam ini hanya akan terjadi pada band tunanetra.
Tiga orang personil TA Band ternyata adalah satu keluarga. Jaya adalah kakak kandung Lina yang merupakan istri dari Iwan sang drummer. Jaya dan Lina adalah kakak beradik yang terlahir dari orang tua berpenglihatan normal. Jaya juga masih memiliki dua orang kakak di mana salah satunya juga merupakan tunanetra. Beranggotakan keluarga tunanetra tak lantas menghilangkan keceriaan keluarga ini. Kedua vokalis TA Band yang selalu memberi lawakan pada penampilan panggung mereka, sudah pasti adalah orang yang humoris. Selain itu, Jaya, Lina, dan Iwan pun tak segan memberi hiburan di tengah acara keluarga atau bernyanyi sekadar menghibur tetangga di lingkungan rumah mereka.
“Kalau nggak ada acara di malam tahun baru, biasanya kami menggelar sendiri alat-alat musik di depan rumah, kemudian bernyanyi. Lumayan bisa menghibur tetangga,” kata Jaya.
Enam tahun sudah TA Band berkiprah. Selama itu, hanya ada satu kali pergantian personil, yaitu pada posisi keyboard. Hal ini cukup untuk membuktikan bahwa TA Band dapat dikatakan sebagai band yang solid. Menjaga komunikasi dan saling pengertian di antara para personil, menjadi senjata ampuh untuk menjaga solidaritas mereka. Walaupun beberapa anggota TA Band memiliki kesibukan selain di bidang musik, mereka tetap berkomitmen untuk latihan secara rutin pada minggu kedua di setiap bulannya. Porsi latihan ini tentu akan ditambah jika mereka mendapat tawaran untuk tampil mengisi acara atau jika ada rencana untuk mengikuti festival musik.
Indonesia adalah bangsa yang kaya akan budaya. Bermacam-macam hasil budaya dan kesenian tanah air sering kali menjadi daya tarik wisatawan mancanegara. Namun sayangnya, sering kali pula bangsa ini kurang menghargai budayanya sendiri dan lebih memilih untuk meniru dan mencari prestasi lewat budaya bangsa lain. Di tengah maraknya berbagai genre musik, TA Band berjanji akan tetap menjadi band yang solid menjaga kelestarian budaya Betawi lewat musik. Menurut Jaya, musik dari berbagai macam budaya Indonesia, jika dikolaborasikan, akan menjadi musik yang sangat unik. Selain itu, Jaya juga berpesan agar teman-teman tunanetra dapat terus bersemangat dan tetap sabar dalam meraih impian, sehingga dapat berkarya lebih baik lagi. (RR)
Editor: Herisma Yanti