SURATKU PART II

04-romantic.jpeg

Selamat sore, wahai hati.

Senja telah menyapa minggu yang cerah ini.

Aku tak tahu bagaimana suasana hati yang sedang kau jelang.

Entah cerah, kelabu atau sedang kehilangan.

Tiap minggu akan berlalu. Selalu ada suasana yang aku rindu. Tak pernah hilang dan selalu datang menghampiri. Sebuah kejadian yang tidak penting, namun begitu berbekas dalam hati. Sebuah media yang tak pernah hilang untuk bisa mengenangmu Kembali.

 

Wahai hati.

Kala duka menghampirimu, aku selalu dapatkan kabar. Rasa yang datang tak miliki ID pengirim. Yang membunyikan alarm tanda bahaya. Meski kadang aku tak tahu mana kabar darimu, yang mana rindu. Sebuah rasa yang datang tak beralasan.

Baca:  Ceritaku (1-4)

Kala “tak baik-baik saja” adalah kabar yang tertulis kala katanya kabarmu, aku selalu menyesali apa yang sedang terjadi. Aku yang tak tahu harus ada di mana. Aku yang tak mengerti cara untuk bisa membuatmu lebih baik, aku yang berbisik-bisik, terbata-bata ucapkan doa agar dirimu lebih baik. Dan coba mengurai kesedihan yang melekat terhadapmu.

 

Wahai hati:

Malam telah tiba di langit sana.

Sinar lampu telah menggantikan sedikit Cahaya surya. Berikan manusia kedamaian, dalam dingin tanpa Cahaya semesta. Mungkin bukan hanya aku yang rasakan rindu, tak tahu cara tuk kurangi meski sekejap, tertatih-tatih, terseok-seok, merintih-rintih, mencari setetes air Pelepas dahaga. Mencarimu dari secuil kenangan yang tersisa. Yang perlahan menjadi samar antara kenangan atau hanya halusinasi semata.

 

Wahai hati.

Aku Lelah encoba bekukan hati yang bertuliskan namamu. Lelah mencoba mengubur setiap cerita lewat kata berdamai yang sering menjadi topik utama dalam pembicaraan kita. Lelah mencoba lari dari rindu yang bersemayam dalam jiwa. Akanmu, akan kita, akan kehidupan yang konsepnya telah menjadi draft yang kita tulis.

Berkali kubilang, “berbahagialah dengan hidupmu, akan selalu aku doakan setiap Langkah yang ingin kau jelang. Selalu menjadi sosok yang berbahagia karena pilihannya.” Hanya sampai di sana. Meski ingin kuteruskan kalimatnya dengan kata Bersamaku di ujungnya.

 

Bersambung

Bagikan artikel ini
Banyu Kanila
Banyu Kanila

Kerunutan berfikir adalah sebuah cita-cita dan pembelajaran seuur hidup. Menulis adalah cara menyampaikan cerita sebagai sejarah. Membaca adalah cara mengenali dunia jauh lebih dalam.

Articles: 11

5 Comments

Leave a Reply