Jakarta, Kartunet.com – Barrier Free Tourism (BFT) kembali diselenggarakan. Jalur yang dipilih kali ini adalah halte busway Kampung Melayu menuju Ancol. Peserta yang turut berpartisipaasi berkumpul di area parkir Indomart Kampung Melayu pukul 14:00. Perjalanan berakhir di Beach Pool Ancol pukul 17:00 WIB (14/04/2012).
Kegiatan serupa sudah pernah diselenggarakan pada bulan Maret lalu. Saat itu, jalur yang dipilih adalah halte busway Pasar Festival menuju Monas. Pada BFT kali ini, para penyandang disabilitas memilih Ancol sebagai sarana rekreasi yang banyak digemari masyarakat. Kegiatan dihadiri sekitar 30 orang yang terdiri dari pengguna kursi roda, tunanetra, tunarungu, tunagrahita, serta para pendamping.
Penyandang disabilitas sebagai bagian dari masyarakat juga memerlukan sarana rekreasi. Sayangnya, mayoritas sarana rekreasi ibu kota kurang aksesibel. Masih banyaknya tempat yang tidak dilengkapi ram bagi pengguna kursi roda, maupun tidak adanya guiding block bagi tunanetra, tentu akan menyulitkan penyandang disabilitas untuk bermobilitas.
“Tempat wisata yang ideal itu yang ramah bagi semua orang, tidak hanya penyandang disabilitas, tapi juga masyarakat pada umumnya,” jelas Cucu Saidah, pengguna kursi roda yang merupakan salah satu penggagas acara. Menurut Cucu, sejauh ini penyandang disabilitas jarang berekreasi dalam kelompok besar seperti ini, sehingga kehadirannya kurang terasa oleh masyarakat. Dengan kegiatan BFT kali ini, diharapkan masyarakat akan lebih menyadari bahwa penyandang disabilitas tidak hanya berdiam diri di rumah, tapi juga berwisata seperti masyarakat pada umumnya. Selain itu, diharapkan pula agar petugas objek wisata dapat lebih ramah terhadap penyandang disabilitas, serta berupaya untuk menciptakan sarana transportasi dan jalur yang aksesibel bagi setiap pengunjung.
“Pengen jalan-jalan aja, kumpul dengan teman-teman,” demikian Narti mengungkap alasan keikutsertaannya dalam BFT kepada redaksi Kartunet.com. Pengguna kursi roda berusia 37 tahun ini mengaku sering berekreasi. Biasanya, ia dan teman-teman sesama pengguna kursi roda bepergian dengan bus khusus yang memiliki lift. Ia tidak perlu turun dari kursi rodanya untuk memasuki bus. Menurut Narti, sebaiknya seluruh bus wisata memiliki fasilitas seperti itu, sehingga mempermudah pengguna kursi roda sepertinya untuk naik-turun bus.
Tanto yang berjualan minuman di area Ancol sejak tahun 1996 pun mengungkapkan pendapatnya. Ia mengaku masih jarang berjumpa dengan penyandang disabilitas di tempat wisata. “Kalau pun ada, paling hanya satu atau dua orang, nggak ramai-ramai seperti ini,” katanya.
BFT telah diselenggarakan sebanyak dua kali secara swadaya oleh kelompok penyandang disabilitas. Kegiatan yang direncanakan akan terus berlanjut tiap bulan ini diharapkan dapat membuka pikiran masyarakat dan pemerintah akan keberadaan penyandang disabilitas. Dengan segala upaya tak kenal lelah, semoga segera dapat tercipta lingkungan yang ramah dan aksesibel bagi masyarakat, khususnya penyandang disabilitas. (RR)
Editor: Risma