Alur waktu yang terus memacu
Mengantarkan kita pada sebuah gerbang perpisahan yang mengharu biru
Tiada lagi terdengar irama derap langkah yang dahulu menyatu bersamamu
Tiada lagi sendau gurau darimu yang dahulu selalu menggangguku
Kini kita berpijak pada pulau berbeda yang terpisahkan oleh lautan biru
Demi sebuah cita, kita telah disibukkan oleh beban dan segudang rutinitas yang terus menyerbu
Hingga ku tak lagi mampu menyandarkan diri dan lepaskan segala penatku di pundakmu
Tiada lagi dan tak dapat lagi, wahai sahabatku
Masihkah engkau teringat oleh masa kita di putih abu-abu yang penuh warna-warni?
Takkah kau rindukan segala memori yang bagai kita goreskan dalam sebuah catatan diari?
Wahai sahabatku, takkah engkau sadari semua ini?
Hari dan diriku merasa sepi tanpa hadirmu di sini
Wajah teduhmu selalu saja terlukis indah dalam mimpi
Terkadang buatku enggan terbangun dari lelapku ini
Apakah kau jua merasakan hal yang serupa mengenai perasaan yang tengah berkecamuk di hati?
Dalam doaa kuharap kita akan bertemu di suatu hari dan takkan terpisah lagi seperti saat ini