Kartunet – Identifikasi dan penerimaan diri menjadi syarat awal individu memahami peran dan kedudukannya dalam interaksi sosial. Namun terkadang masih ada kerancuan, khususnya untuk seseorang yang mengalami ketunanetraan tapi masih ada sisa penglihatan, atau dikenal dengan istilah low vision. Individu dengan kondisi ini kerap menolak fakta bahwa dirinya juga seorang tunanetra. Apa Low Vision juga Tunanetra?
Tunanetra merupakan salah satu jenis disabilitas yang berhubungan dengan gangguan penglihatan. Istilah "tunanetra" mencakup berbagai kondisi dari gangguan penglihatan ringan hingga kebutaan total. Dalam masyarakat, pemahaman mengenai tunanetra sering kali masih terbatas, sehingga penting untuk mengenal klasifikasi dan definisi tunanetra dengan lebih mendalam. Artikel ini akan membahas berbagai aspek mengenai tunanetra, termasuk definisi, klasifikasi, penyebab, serta tantangan yang dihadapi oleh individu tunanetra dalam kehidupan sehari-hari.
Definisi Tunanetra
Tunanetra adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi di mana seseorang mengalami gangguan penglihatan yang signifikan, yang tidak dapat sepenuhnya dikoreksi dengan penggunaan kacamata, lensa kontak, obat-obatan, atau operasi. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tunanetra didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk melihat pada tingkat yang memadai untuk melakukan tugas-tugas sehari-hari, bahkan dengan bantuan alat koreksi. Definisi ini mencakup spektrum luas dari penglihatan rendah (low vision) hingga kebutaan total (totally blind).
Klasifikasi Tunanetra
Klasifikasi tunanetra didasarkan pada tingkat keparahan gangguan penglihatan yang dialami oleh individu. WHO mengklasifikasikan gangguan penglihatan menjadi beberapa kategori berdasarkan ketajaman penglihatan dan lapang pandang:
- Penglihatan Rendah (Low Vision): Penglihatan rendah adalah kondisi di mana seseorang memiliki ketajaman penglihatan yang lebih rendah dari 6/18, tetapi masih lebih baik dari 3/60, bahkan dengan penggunaan alat bantu. Orang dengan penglihatan rendah biasanya masih dapat melihat, tetapi mereka memerlukan alat bantu seperti kacamata, lensa pembesar, atau teknologi assistive untuk menjalankan aktivitas sehari-hari.
- Kebutaan Parsial (Partial Blindness): Kebutaan parsial mengacu pada kondisi di mana ketajaman penglihatan seseorang berada di antara 3/60 dan 1/60, atau lapang pandang mereka berkurang menjadi kurang dari 20 derajat. Individu dengan kebutaan parsial mungkin masih memiliki sedikit persepsi cahaya dan bayangan, tetapi mereka sering kali mengalami kesulitan dalam mengenali wajah dan objek dalam lingkungan.
- Kebutaan Total (Total Blindness): Kebutaan total adalah kondisi di mana seseorang tidak memiliki persepsi cahaya sama sekali atau ketajaman penglihatan di bawah 1/60. Orang dengan kebutaan total sepenuhnya bergantung pada indera lainnya, seperti pendengaran dan sentuhan, untuk berinteraksi dengan lingkungan mereka.
Ketajaman penglihatan adalah ukuran kemampuan mata untuk melihat detail pada jarak tertentu. Nilai-nilai seperti 6/18 atau 1/60 digunakan untuk menggambarkan tingkat ketajaman penglihatan seseorang dibandingkan dengan penglihatan normal.
Sebagai contoh pada ketajaman Penglihatan 6/18. Angka pertama (6) menunjukkan jarak dalam meter di mana tes dilakukan. Dalam sistem metrik, tes ketajaman penglihatan biasanya dilakukan pada jarak 6 meter. Sedangkan angka kedua (18) menunjukkan jarak di mana orang dengan penglihatan normal dapat membaca huruf yang sama pada tes tersebut. Jadi, jika seseorang memiliki ketajaman penglihatan 6/18, ini berarti bahwa apa yang bisa mereka lihat dengan jelas pada jarak 6 meter, orang dengan penglihatan normal bisa melihatnya dengan jelas pada jarak 18 meter. Dengan kata lain, penglihatan orang tersebut sekitar tiga kali lebih buruk daripada penglihatan normal.
Penyebab Tunanetra
Ada berbagai penyebab yang dapat menyebabkan seseorang menjadi tunanetra, termasuk faktor genetik, penyakit, cedera, dan kondisi degeneratif. Beberapa penyebab utama tunanetra antara lain:
- Katarak: Katarak adalah kondisi di mana lensa mata menjadi keruh, menyebabkan penglihatan kabur atau berawan. Katarak adalah penyebab utama kebutaan yang dapat diobati di seluruh dunia, terutama di negara-negara berkembang.
- Glaukoma: Glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang merusak saraf optik, biasanya akibat peningkatan tekanan intraokular. Jika tidak diobati, glaukoma dapat menyebabkan kerusakan permanen pada penglihatan dan kebutaan.
- Degenerasi Makula: Degenerasi makula adalah kondisi yang mempengaruhi makula, bagian tengah retina yang bertanggung jawab untuk penglihatan sentral. Penyakit ini sering terkait dengan penuaan dan dapat menyebabkan kehilangan penglihatan yang signifikan pada individu yang lebih tua.
- Retinopati Diabetik: Retinopati diabetik adalah komplikasi diabetes yang mempengaruhi pembuluh darah di retina. Kondisi ini dapat menyebabkan perdarahan dan jaringan parut di retina, yang mengakibatkan gangguan penglihatan dan kebutaan.
- Kelainan Genetik: Beberapa kondisi genetik, seperti retinitis pigmentosa dan albinisme, dapat menyebabkan gangguan penglihatan yang parah atau kebutaan sejak lahir atau berkembang selama kehidupan.
Tantangan yang Dihadapi oleh Tunanetra
Individu tunanetra menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk aksesibilitas, pendidikan, pekerjaan, dan sosial. Beberapa tantangan utama yang dihadapi oleh tunanetra antara lain:
- Aksesibilitas: Banyak tempat dan infrastruktur publik masih belum sepenuhnya ramah bagi tunanetra. Kurangnya tanda-tanda yang dapat dibaca dengan sentuhan, penunjuk jalan suara, dan teknologi assistive lainnya dapat menyulitkan mobilitas dan kemandirian tunanetra.
- Pendidikan: Anak-anak tunanetra sering kali menghadapi kesulitan dalam mendapatkan pendidikan yang memadai. Kurangnya bahan ajar dalam bentuk braille atau format digital yang dapat diakses, serta kurangnya guru yang terlatih dalam pendidikan inklusif, dapat membatasi peluang belajar bagi tunanetra.
- Pekerjaan: Tingkat pengangguran di kalangan tunanetra cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum. Diskriminasi, kurangnya aksesibilitas di tempat kerja, dan kurangnya keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja menjadi beberapa faktor penyebabnya.
- Sosial dan Psikologis: Tunanetra sering menghadapi stigma sosial dan isolasi, yang dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis mereka. Dukungan keluarga, teman, dan komunitas sangat penting dalam membantu tunanetra mengatasi tantangan ini dan menjalani kehidupan yang produktif.
Kesimpulan
Memahami klasifikasi dan definisi tunanetra adalah langkah penting dalam meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang kebutuhan dan tantangan yang dihadapi oleh individu tunanetra. Dengan pengetahuan yang lebih baik, masyarakat dapat lebih responsif dan inklusif dalam memberikan dukungan yang diperlukan bagi tunanetra untuk mencapai kemandirian dan kualitas hidup yang lebih baik. Sedangkan untuk individu dengan hambatan penglihatan, berdamai dengan fakta bahwa dirinya adalah seorang tunanetra, baik dalam kondisi low vision atau totally blind, menjadi modal dasar untuk menjalani hidup. Melalui upaya kolektif dalam menciptakan lingkungan yang ramah bagi tunanetra, kita dapat mewujudkan dunia yang lebih adil dan setara bagi semua orang, tanpa memandang kondisi fisik atau kesehatan mereka.
Referensi
World Health Organization (WHO). (2021). Blindness and vision impairment.
American Foundation for the Blind (AFB). (2020). Statistics about vision loss.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2020). Vision impairment and blindness.
Dear Tim Redaksi, beberapa kali saya mendengar tentang sisa penglihatan 10% atau 5%, itu seperti apa ya? Apakah bisa digambarkan? terima kasih.
gak komen artikelnya, tapi komen websitenya, makin keren aja nih kartunet, sambil buka-buka fitur dari kartunet
halo kak. mohon masukannya ya. Saat ini sedang proses perbaikan tampilan dan fitur. jika ada yang masih kurang nyaman atau mungkin ada saran untuk fitur tambahan, bisa disampaikan.