“touch screen atau layar sentuh? Apaan lagi tuh?” Aku mengumam dalam hatiku yang terdalam. Maksudnya biar ga ada yang denger keherananku setelah mendengar teman-teman bercerita tentang ‘touch screen’ atau si layar sentuh. Mereka bercerita bahwa sekarang hpku sudah layar sentuh, dan adiku pelayan disebuah toko ponsel juga bercerita tentang hp samsung yang terbaru dengan layar sentuh yang besar.
Aku akhirnya bertanya kepada teman kerjaku baik kerja di kantor maupun kerja di kartunet. Sebut saja namanya marmut panggilan kesayangan teman-temannya. Aku tidak memberi panggilan mawar, atau melati karena itu panggilan yang biasa digunakan untuk berita buser (buru sergap), juga panggilan itu untuk kaum hawa. Lanjut lagi keceritanya akhirnya dia mengatakan bahwa hp touch screen bisa dipake tunanetra karena ada fasilitas suaranya yaitu mobile accessible. Aku ingin tahu lebih lanjut karena aku tertarik ingin menggunakannya. Akan tetapi proses instalasinya yang sedikit rumit dan ada yang sebagian bercerita masih ada kelemahan pada pembacaan sms, akhirnya aku batal berkenalan dengan si ‘touch screen’ itu.
Aku harus bersabar menahan keinginan untuk bergaya memakai si layar sentuh itu atau touch screen. Tapi berita gembira datang juga dari temanku yang satu itu bahwa hp dengan layar sentuh kini sudah lebih akses dan enak dipakai oleh tunanetra. Dia mencobanya pada galaksi tab temanku yang sedang dijadikan barang jualan dibawa kesanah kemari dan ia mencobanya. Mendengar hal itu aku makin tertarik seperti apa ya pakai layar sentuh? Akhirnya keinginanku terjawab juga. Ketidak sengajaan membawa aku dan temanku berlabuh pada sebuah toko ponsel.
Meskipun pada minggu yang cerah waktu itu kami hendak membeli seperangkat komputer dengan spesifikasi yang tinggi dan harga yang terjangkau, namun akhirnya kami beralih membeli hp touch screen dengan OS (operating system) android. Bukan hanya dari segi layarnya saja yang baru aku kenal, akan tetapi dengan sistem hp itu yang belum aku kenal yaitu android sistem besutan google. Kami tertarik karena hp yang didapat pada saat itu murah tapi sistemnya sudah mendukung untuk fasilitas aksesibelitas yaitu fasilitas suara yang disediakan oleh hp itu. Fasilitas suara itu bernama ‘talkback’ dimana para pengguna android bisa menemukanya pada menu aksesibilitas dalam folder pengaturan.
Setelah membeli hp touch screen itu kami meminta tolong kepada si pelayan toko untuk menghidupkan talkbacknya karena teman kami yang sudah lebih dulu memakai merek yang kebetulan kami beli waktu itu menyarankan bahwa aku harus minta dinyalakan talkbacknya sampai benar-benar terdengar suaranya. Aku dan temanku menuruti dan kami peritahkan si pelayan untuk menyalakan talkbacknya. Setelah aplikasi talkback ditemukan dan dinyalakan kami bingung karena tak satu pun suara terdengar seperti talk pada hp symbian atau jaws pada komputer terkecuali hanya suara tik tik tik dari layar yang di sentuh dan dikliknya. Aku menelpon kembali temanku dan dia menyarankan untuk minta di-download-kan google tts. Lagi-lagi kami menuruti sarannya. Alhasil berjam-berjam kami duduk menunggu si pelayan men-downloadnya si talkback tak kunjung bersuara. Akhirnya kami memutuskan untuk menginstalnya sendiri saja dirumah karena kegagalan dalam men-download google tts di kawasan pertokoan itu disebabkan oleh sinyal wifi yang sangat minim.
Aku dan temanku kembali ke markas yaitu kartunet yang pada waktu itu masih beralamat di jaga karsa. Sesampainya di markas Aku tak langsung istirahat panjang dan langsung meminta bantuan teman non-disable kami untuk men-downloadkan google tts itu. Sayang google tts tak ditemukan akan tetapi kami menemukan yang lainnya yaitu Pico tts. Nah, barulah suara si talkback dari hp layar sentuh itu terdengar. Walau aneh suaranya ketika aku baru mendengarnya, tapi itu sudah membuat aku dan temanku lega karena akhirnya hp yang kami beli bisa bersuara lantang. Setlah talkback mulai bersahabat denganku, barulah aku mengeksplor suara lain yang bisa aku download dan kudapatkan ivona yang suaranya lebih seksi dari si Pico. Pencarian untuk mendapatkan suara dengan kualitas terbaik tak berhenti. Akhirnya temanku mendapatkan Vocalizer yang disahare oleh temanya yang sudah lebih dulu menggunakan hp layar sentuh android.
Dengan vocalizer inilah aku mulai lebih nyaman menggunakan hp touch screen itu. Aku mulai berinternetan, download-download, berkirim pesan sms, chatting, facebookan dan juga twitteran setelah talkback berganti suaranya dengan suara yang lebih seksi dan cukup baik tertangkap oleh telingaku. Selain itu pada vocalizer ditanamkan juga suara mba Damayanti yakni vocalizer untuk bahasa indonesia yang lebih baik. Akhirnya aku sangat menikmati menggunakan hp layar sentuh dengan sistem android karena salah satu alasannya untuk melakukan penginstalan tidak terlalu sulit bisa dikatakan cukup mudah, begituh juga jika teman-teman ingin menginstal vocalizer untuk tambahan talkback. Untuk teman-teman yang belom memakai vocalizer pada androidnya dan ingin mencobanya boleh ambil disini vocalizer untuk android+cara instalasinya monggoh ya dicoba.
Demikian cerita pandangan pertama aku dengan hp layar sentuh yang tujuannya si ingin bagi-bagi file vocalizer aja, tapi ga seru kalau ga ada ceritanya bukan?
I often visit your page and have noticed that you don’t update
it often. More frequent updates will give your
blog higher rank & authority in google. I know that writing content takes a
lot of time, but you can always help yourself with miftolo’s tools which will shorten the time of creating an article to
a few seconds.
asalamualaikum, halo teman teman salam kenal ,saya tunanetra yang baru belajar menggunakan gadget, jadi masih belum tau banyak, jadi saya perlu bantuan teman nih,di mana ya kita bisa dapat vocalizer damayanti untuk jaws 16,kalo ada yang tau mohon infonya ya,saya sudah coba nyari di blog,tapi belum ketemu,oke teman teman,di tunggu infonya ya,trims
Hi teman-teman kartu Net. Saya tunanetra asal Medan Sumatera Utara. Sudah 1 tahun saya menggunakan hp Android dengan bantuan aplikasi talk back dengan dukungan google TTS dan samsung TTS, serta tambahan dengan Vocalizer Damayanti. Sehingga saya dengan nyaman mampu ber SMS, telepon, dan bahkan BBM an. Tetapi 1 yang saya belum bisa lakukan, ya itu sercing di Internet, termasuk download-download-an. Permasalahannya ketika sudah muncul taupan-taupan yang ingin kita pilih, tetapi tidak bisa masuk ketika disentuh. Kebetulan saya juga pake bantuan getarannya, memang getaran ketika di taupan-taupan itu dengan aplikasi lainnya berbeda (lebih kecil dan cenderung tidak terasa) itu solusinya gimana ya? Dan saya minta klarivikasinya mana tahu ada cara yang salah. Tolong di balas teman-teman.
Terimakasih.
Hi Mas mas Kartunet. Boleh tanya? Teman-teman yg pakai android, ketika akan membaca e-book, pakai aplikasi apa ya?
saya bingung kok pas mengetik pesan di android si talkback nggak nyebutin huruf huruf yg ada pada papan ketiknya,pas sudah di ketuk 2 kali baru deh talkbacknya nyebut,jadinya sudah salah ketik baru tau apa yg sudah saya ketik,,,gimana ya solusinya ??? saya tunanetra asal kabupaten paser kaltim,,,
saya menggunakan sony xperia L
halo mas Adi. hmmm, mungkin typing modenya ada yang berbeda. kebetulan saya belum pakai Android, masih pakai iPhone. mungkin agak berbeda. Tapi sepertinya nanti bung Riqo atau teman2 yang sudah menggunakan Android lainnya dapat bantu 🙂
Yeah, ga mengherankan sih tunet bisa leluasa pakai touch screen, toh selama ini sudah terbiasa touch skin 😛
dulu agak parno sama touch screen. jadi harusnya kan tahapan peradabannya dari keypad taktil, menuju ke keypad qwerty, terus baru ke touch screen. nah gw melewati keypad qwerty itu dan ternyata touch screen jauhl ebih acccessible
Yap betul sekaliiii… Dengan perkembangan teknologi yang semakin cangih mudah2an gerak tunanetra dan disablitas yang lainnya tidak menjadi hambatan lagi dalam aksesibilitas. Selain itu juga dengan adanya opn source perbedaan kasta sosial tidak mencolok lagi karena dengan harga murah orang bisa menikmati hp dengan sistem android yang aplikasinya sama dengan hp mahal sekalipun.
dengan kata lain, sedikit melepas beban software bajakan yang mau tidak mau dipakai terus selama ini. ya memang pakai software bajakan atau original itu pilihan, tapi namanya juga manusia, selama masih ada yang gratis pasti akan dipilih karena biayanya dapat dialokasikan untuk kebutuhan lain
Jadi sekarang kerjaan tunanetra sentuh-mentuh.
yup. Entah disadari atau tidak oleh pencipta Android dan Google, bahwakehadiran Opensource OS itu jadi sebuah loncatan besar dalam akses teknologi informasi bagi penyandang disabilitas. Bagaimana tidak, jika semasa zaman Symbian dengan Nokia, baru dengan handphone spesifikasi cukup tinggi kita dapat menggunakan screen reader dengan merk Talks. Sebagai gambaran, untuk dapat menggunakan Talks, HP Nokia baru harus dibeli yang seharga paling tidak 2 atau 3 juta, sedangkan second ada yang 1 juta. tapi jika sudah lebih dari 3 atau 5 tahun sih bisa turun di bawah 1 juta. Selain itu, ada beban moral juga, karena harga software Talks yang cukup mahal, jadi mayoritas kita menggunakan yang bajakan. tapi saat ini dengan Android, masalah itu berakhir. Bahkan HP2 yang tadinya dianggap murahan, selama bisa dipasangi Android, maka tunanetra pun dapat memakainya. HP2 Cross atau Mito seharga di bawah 1 juta, dalam kondisi baru, pun dapat menggunakan talkback dari Android. Selain itu tak ada beban moral karena semua yang di Android itu opensource, alias gratis dan bukan bajakan. luar biasa, revolusi besar ini adalah sebuah peluang yang harus dimanfaatkan optimal