Rocky dibangunkan oleh sebuah suara tangis yang berasal dari meja di seberang tempat tidurnya. Ia terperanjat saat dilihatnya sebuah penis tergeletak di sana. Serentak tangan kirinya bergerak meraba ke tempat seharusnya penis itu berada, sementara tangan kanannya menggosok mata untuk memastikan apa yang ia saksikan.
Tubuh Rocky menegang saat tangan kanannya tidak menemukan alat kelaminnya. Berkali-kali ia mengusap selangkangannya kalau saja ia salah raba. Bahkan lebih 10 kali pahanya dicubit untuk menyakinkan bahwa ia tidak bermimpi.
Untuk beberapa lama, Rocky terdiam dalam ketegangan dan kebingungan. Bagaimana bisa penis itu tak ada ditempatnya, dan bagaimana ia akan hidup tanpa penis.
Rocky kembali disadarkan oleh tangisan yang semakin kencang. Suaranya kecil seperti tangis anak umur dua tahun, dan nadanya melengking tinggi menusuk membuat telinga sakit. Rocky yang sedang dalam ketegangan membentak keras, “Diaaaam!!!!“
Penis di atas meja itu bergerak berdiri menghadap Rocky. Dari ujung penis itu mengalir carian bening seperti air mata. Dengan suara yang melingking penis itu berkata,
“Mengapa kau membentak aku. Apa aku pernah membentakmu?”
“Siapa kau?”
“Aku adalah penismu.”
“Mengapa kau ada di di meja bukannya di tempatmu seharusnya berada? Dan mengapa kau menangis?”
“Aku sudah tidak ingin lagi ikut denganmu dan aku menangisi dosa-dosa yang telah kulakukan.”
“Tapi kau adalah milikku. Sejak aku lahir kau sudah ada bersamaku dan itu adalah suatu ketetapan.”
“Kita diciptakan bersama, dan aku tumbuh menjadi besar bersamamu. Tapi kau telah menyalahgunakan aku, kau hanya memanfaatkan aku untuk kesenanganmu saja.”
“Bukankah itu adalah tugas dan fungsimu?”
“Tuhan menganugerahkan aku kepadamu untuk membantumu menyalurkan hasrat seksualmu tetapi bukan dengan cara seenakmu sendiri. Tuhan telah memberikan caranya, yaitu dengan menikah.”
“Tetapi itu bukan salahku! Kaulah yang sering mengajak aku, kau cepat terangsang jika aku melihat wanita-wanita cantik dan seksi.”
“Itu akibat pikiranmu yang sudah terpengaruh oleh gambar-gambar wanita telanjang, film-film seks serta perzinahan dan perkosaan yang sering kau lakukan.”
“Wanitalah yang salah! Mereka sering mengobral kecantikannya, merekalah yang menawarkan tubuh untuk dinikmati, mereka pula yang sering merayu-rayu, bermanja-manja agar disentuh oleh laki-laki. Wajar saja jika birahiku terangsang.”
“Itu adalah sifat mereka. Keindahan dianugerahkan kepada mereka untuk menghiasi dunia. Tetapi kecantikan itu bukan untuk dirusak dan dihancurkan, dinikmati sesuka hati, dihisap hingga kering dan di sia-siakan!”
“Itu sudah nasib mereka sebagai bunga dunia, Kita laki-laki adalah penikmat wanita.”
“Tidakkah kau pikirkan akibat perbuatanmu selama ini? Lima wanita menjadi gila karena kau rusak kehormatannya dengan paksa. Delapan janin yang telah digugurkan atas permintaanmu dan empat orang anak lahir dengan hidup terlantar karena kau tak mau bertanggung jawab mengurus mereka!”
“Kau tak usah munafik, kau pun turut merasakan kelezatan dari semua yang telah kita lakukan.”
“Aku mengakuinya. Karena itu, aku hendak berpisah darimu. Aku tak mau lagi menjadi alat pelampiasan nafsumu. Aku ingin bertobat membersihkan diri dari dosa.”
“Tidak bisa. Kau adalah milikku, akulah yang memberimu obat-obatan agar kau menjadi besar kuat dan perkasa.”
“Semua itu kau perbuat hanya untuk menambah kesenangan dan kebanggaanmu. Aku tak sudi lagi jadi budakmu. Kau cari saja penis yang lain untuk kau jadikan sarana penyalur birahimu.”
“Tidak! kau harus kembali padaku. Aku tak akan bisa menjadi laki-laki jantan tanpamu”
“Kejantanan seorang lelaki bukan hanya terletak pada panisnya, tapi pada akhlak dan kehormatan dirinya. Kini kau harus belajar menjadi pria sejati tanpa penis.””
“Aku tidak peduli. Yang penting sekarang kau harus kembali padaku! Jika tak mau aku akan memaksamu.”
“Aku tidak takut. Sebagai penis yang keras pendiriannya aku tak merubah keputusanku.”
Seorang laki-laki dengan hidung mancung, mata bulat berwarna hitam dengan bulu mata lentik serta sepasang bibir tipis yang dihiasi oleh jenggot dan kumis tipis, tertata rapi di atas wajah lonjong yang ditunjang oleh leher kuat dan panjang yang menghubungkan dengan tubuh atletis, berdada bidang dengan bulu lebat tumbuh diatasnya, tapi tanpa penis. Itulah Rocky dimasa datang. Gambaran itu muncul dimatanya. Di kupingnya, terngiang hinaan dari para wanita “Untuk apa badan bagus kalau gak punya penis?” Begitulah kira-kira bunyi umpatan itu.
Bayangan itu menambah ketakutan Rocky akan kehilangan penis. Dengan menggeram ia berlari ke aarah meja tempat penis itu berdiri, jari tangannya mengembang untuk menangkap sang penis. Tetapi kelamin berdiameter 14 centi dan panjang 19 centi itu melompat dari meja keluar kamar melalui lubang angin di atas pintu. Rocky pun mengejarnya keluar kamar. Tetapi penis kembali melompat keluar rumah dan terus berlari kejalanan.
Kejar-kejaran antara Rocky dan penisnya itu menggemparkan orang-orang sekitar. Mereka pun ikut berlari mengejar Rocky dan penisnya. “Ada penis lari!!” suara mereka riuh. Teriakan tersebut semakin menambah jumlah orang yang terkejut dan ingin menyaksikan peristiwa unik itu. Banyak orang yang ikut berlari menimbulkan kekacauan, jalan macet dan para pekerja berhenti dari pekerjaannya.
Setelah lima jam kejar-mengejar itu terjadi, lari penis Rocky terhadang oleh barisan beberapa orang wanita dan anak-anak. “Itu dia penis yang telah menyebabkan kita lahir dan membuat kita dan ibu kita sangsara!” teriak seorang anak pada kawan-kawannya. Mereka serentak mengambil batu besar dan melempari penis Rocky. Penis itu merintih ketika batu-batu itu menimpa tubuhnya
Rocky yang melihat kejadian itu segera mengerahkan seluruh tenaganya berlari mendekati penisnya. Tetapi belum lagi dia sampai ke tempat itu, terdengar suara dari rombongan wanita. “Inilah penis yang telah menodai kita, menghancurkan masa depan kita, membuat kita bahan hinaan dan ejekan serta menelantarkan anak-anak kita!”
Wanita-wanita itu serempak mengeluarkan pisau, gunting, kampak, gergaji dari tas mereka dan langsung menyerang penis Rocky. Penis itu menjerit pilu dengan nada melengking memecahkan telinga.
“Mungkin inilah jalanku untuk mendapatkan pengampunan Tuhan.” teriak penis Rocky sebelum tubuhnya tercincang oleh senjata-senjata tajam para wanita.
Rocky dengan mulut ternganga, mata terbelalak lebar dan tubuh menggigil menyaksikan peristiwa dihadapannya. Wanita-wanita itu adalah wanita-wanita yang pernah ia perkosa, ia tinggalkan setelah diambil kehormatannya. Dan anak-anak itu mungkin adalah anak-anak yang terlahir akibat perbuatannya. Tubuh Rocky jatuh ke tanah, tulang-tulangnya seperti lepas, napasnya tersengal dan dari mulutnya terdengar tangisan.
Orang-orang di sekitar tempat itu hanya diam membisu, dengan tubuh kaku dan tangan berada pada selangkangan, meraba apakah penis mereka masih ada di tempatnya.
Editor: Muhammad Yesa Aravena