Dalam sekotak paket hidup
Selalu ada luka, sakit, senang, sedih, bahagia
Engkau tak pernah bisa memilih kapan kotak paket itu
Kapan waktunya datang paket senang, sedih, sakit, luka dan bahagia
Ya… bukan untuk di pilih
Terimalah semua paketmu
Terimalah dengan tangan terbuka
Peluklah paketmu dengan keikhlasan
Cintailah paket kotakmu
Inilah paket kehidupan
Untuk saling mengisi, menguatkan, menerima dan memahami
Lewat paket ini adalah cara TUHAN mencintai kita
Dengan memberikan kekuatan lewat sebuah paket kehidupan
Biarkan Tangan keihlasan membaluti kehidupanmu
Ijinkan Rasa syukur hinggap dalam sanubarimu
Relakan pengorbanan ini menuruti akan setiap langkahmu
Suatu saat pintu firdausNYA akan membuahkan hasil dari paketmu
Mulai Memahami Mereka
Tak terbayang dalam kehidupanku akan membersamai mereka dalam kehidupanku. Karena memang sejak kecil cita – cita ku tidak ada hubungannya dengan kehidupan ku sekarang. Yah.. dulu cita – citaku menjadi dokter, presenter,psikolog, dll. Namun, takdir membawa ku lain. Takdir ku kini menjadi pendidik, tepatnya guru anak – anak luar biasa. Kini aku sedang duduk di bangku kuliah, Jurusan Pendidikan Luar biasa.
Memulai langkah semester awal dengan berbagai observasi – observasi di sekolah luar biasa. Haru, pilu bahkan terharu hinggap dalam sanubariku. Hatiku berasa campur aduk. Hingga bibir ini menjadi kaku untuk berucap syukur. Rasanya tak pantas untuk mengeluh jika melihat kenyataan bahwa hidup kita yang dirasa biasa sebenarnya mimpi bagian dari mereka. Yah… mungkin hidupku yang biasa ini sebenarnya mimpi mereka yang selalu mereka selipkan dalam doanya.
Saat observasi di sebuah SLB N di daerah Surakarta. Begitu terpana, dan terharu dengan keadaan tersebut. Melihat anak autis yang sedang tantrum, melihat anak yang usianya lebih tua dariku namun makan saja masih berantakan. Melihat wanita cantik yang sedang berlatih tari bahkan ternyata tidak bisa mendengar. Melihat laki – laki yang sedang melukis bahkan lukisannya lebih bagus dariku, bahkan dengan lukisannya itu mampu menembus kejuaraan tingkat nasional. Iri.. jelas tidak saat itu. Yang terbayang dalam pikiran ku saat ini… Takjub… yah.. takjub melihat prestasi, kagum akan perjuangan mereka bahkan bersyukur akan keadaan diri sendiri.
Menjadi Terapis
Menjadi terapis dalam sebuah klinik anak berkebutuhan khusus. Menjadi terapis itu adalah suatu profesi yang tak mudah karena perlu adanya keikhlasan, kesabaran dan ketegasan yang kuat. Berbagai macam perilaku anak berkebutuhan khusus kadang tak terduga bisa muncul kapan saja. Dari mulai bosan, tantrum, ngambek bahkan cari perhatian harus mampu menangani hal tersebut.
Rindang Namanya. Seorang autis yang berumur 12 tahun. Perkembangannya saat ini sudah mampu meronce dan menjahit yang dasar. Namun dari segi vokal dan mengikuti perintah masih belum mampu menguasai. Permainan yang paling disukainya adalah puzzle. Bahkan ia mampu menyelesaikan puzzle dalam waktu 10menit. Karena orang tua yang rutin pemberikan pelatihan dan mampu mengembangkan di rumah. Perkembangan rindang pun sudah lumayan berkembang. Dari awal yang terkadang tantrum namun selang terapis setahum kemapuan nya meningkat. Rentang tantrumnya pun mulai berkurang secara bertahap.
Jovita Namanya. Seorang Down syndrome. Ngambek, bosan, dan pemarah itulah sifat yang sering ditemui saat nerapis jovita. Tak jarang perlu adanya reward khusus dalam menangani jovita agar jo mau belajar dengan sesuai tujuan. Namun sebenarnya ia adalah gadis yang cantik dan sederhana.
Suatu saat, ia sedang kecapean namun karena jadwalnya terapis, ia tetap berangkat. Saat belajar ia ngambek, waktu pemberian materi mengenai mewarnai di dalam garis. Namun ia hanya melakukannya separuhnya saja. Setelah itu ia mengunci tangannya. Setelah diganti dengan pelajaran lainnya, ia tetap mengunci dan menangis.
Saat itulah jovita tangannya di kunci dengan tangaku, hingga tangisnya mulai mereda. Sampai mereda, baru di elus – elus untuk mengikuti pelajaran. Akhiranya mau melajutkan meskipun belum sempurna.
Menjadi Volunteer di GERKATIN
GERKATIN adalah sebuah gerakan kesejateraan tuli Indonesia. Gerakan ini bukan bertujuan untuk “materi bahkan politik. Karena dasar dari GERKATIN sendiri berazazkan pada UUD 1945. Dengan semangat pendidikan yang tinggi untuk mengembangkan aktualisasi diri bagi penyandang tuli sehingga mampu bergerak menembus batas kekurangannya dan mampu berdiri sejajar dan lebih dengan lainnya.
Awal mengenal GERKATIN adalah waktu di kelas akber solo pada tahun 2012. Saat itu mendapat kabar bahwa kelas akber saat itu membuka kelas isyarat. Tanpa berfikir panjang langsung datang di acara tersebut. Dalam kelas isyarat tersebut jujur saja, aku langsung takjub “ perihal banyak orang memakai bahasa isyarat” dengan keadaan ini aku merasa terheran – heran”. Lantas saat kelas isyarat, aku mulai menikmatinya belajar bahasa isyarat. Pada saat itu dikenalkan dengan “penerjemah” Bahwa orang dengar yang menerjemahkan dari bahasa verbal ke bahasa isyarat dinamakan penerjemah.
Belajar dari GERKATIN SOLO ini sangatlah banyak. Mulai memahami arti makan hening dan sunyi. Mereka sedih, senang, dalam balutan rasa mereka biasanya mengekspresikan dengan ekspresi bahkan mereka bisa berbuat lebih sopan dari orang normal. Mereka sangat senang jika banyak orang yang dikenalnya dan mereka lebih menghargai rasa kemanusiaan.
Bersama dengan GERKATIN SOLO memperjuangkan bahasa isyarat sebagai hak dari tuli. Yah.. tuli memiliki hak untuk bahasa isyarat namun pemerintah dan pendidik belum memahaminya. Sehingga gerkatin perlu mensosialisasikan dan memperjuangan bahasa isyarat sebagai hak tuli dalam komunikasi.
Bukan berarti dengan bahasa isyarat mereka tidak mampu berkomunikasi dengan masyarakat . Namun justru dengan bahasa isyarat secara psikologis mampu memberikan kenyamanan dalam berkomunikasi dan karena tak semua kata mampu di oralkan sehingga perlu bahasa isyarat yang lebih mengoptimalkan. Dalam aksesbilitas seminar, sekolah, dan workshop pun perlu adanya bahasa isyarat karena dalam pengembangannya oral pun kurang jelas terlihat untuk dipahami tuli.
Dari GERKATIN solo tuli memeliki berbagai bakat – bakat alamiah yang menakjubkan. Ada yang melukis, photografi, teater (bahkan tahun 2013 mereka mampu pentas teater di taman budaya Jawa Tengah dengan penonton yang melebihi kapasitas bahkan acara mereka berhasil menyorot media lokal maupun nasiona) bahkan beberapa dari tuli sampai mampu menaiki gubung tertinggi di Jawa yaitu Sumeru. Tak kalah hebat bukan, kemampuan mereka dari orang normal dari umunya.
Yah…dari mengenal tuli. Mulai memahami hening disini bukan berarti diam di tempat. Mereka bukan berarti tak mampu menembus batas kekurangannya dan mampu bergerak maju. Namun jangan melihat dari kesunyiannya lihat lah dari sudut pandang isyarat dari TUHAN lewat kesempurnaan sudut mereka.
Belajar pada Pejuang Tangguh
Saat menjadi volunteer di perpustakaan keliling di BBRSBD (Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa. Dalam perpustakaan keliling ini membawa beberapa buku yang diminati oleh para penyandang tundaksa. Sebelumnya mereka merequest mengenai buku yang mereka inginkan. Melihat minat baca mereka yang tinggi. Terkadang sampai kami kualahan akan request buku yang mereka inginkan. Maklum, karena buku – buku persediaan juga terbatas.
Tiap selasa sore, kedatangan kami selalu di nantikan oleh mereka. Sebelum kami datang, mereka sudah menunggu di tempat biasanya. Bahkan saat kami berhalangan hadir pun mereka masih menunggunya bahkan esok hari pasti menanyakan alasannya.
Di BBRSBD tersebut setiap sore terkadang melihat mereka latian band, latihan karawitan. Begitu besar melihat bakat dan prestasi mereka. Tak bisa kalian bayangkan bagaimana cara mereka berlatih keyboard jika hanya dengan satu tangan, berlatih drum jika kaki mereka kaku, dan berlatih gitu jika jari – jari mereka ada yang kurang. Begitu hal yang diluar bayangan kewajaran akal manusia menjadi hal yang begitu nyata kekuatan itu ada di depan mata. Luar biasa.
Dari seorang teman, aku mengenal sosok wahyu setiawan namanya. Dia seorang penyandang tunanetra. Dia tinggal bersama neneknya. Orang tuanya sudah meninggal. Bahkan neneknya bekerja hanya sebagai pencari pasir. Dalam drama kehidupannya begitu banyak badai kencang yang menyisiri kehidupannya dari mulai awal kehidupannya. Rumahnya masih beratapkan kayu, dan lantainya hanya beralaskan tanah. Bisa di bayangkan, di jaman era globalisasi tersebut sesosok tunanetra hidup dalam derasnya cobaan yang menimba kehidupannya.
Masih teringat jelas waktu memasuki SMA. Ia pernah pesimis untuk melanjutkan sekolah di SMA. Namun dengan penuh keyakinan aku mulai menyemangatinya dengan sepenuh hati. Dengan memberikan harapan bahwa kekuasaan ALLAH lebih besar dari pada kekuasaan manusia. Siapa yang tahu kehidupan mendatang dek ? AKu pun sadar, tak ada materi yang bisa ku berikan untuk harapannya. Namun, kita hanya perencana, lantas ALLAH yang menentukan takdir kita. Jangan pesimis. Pasti ada jalan. Bersama – bersama mencari beasiswa dari Rumah Zakat. Namun selang sebulan pengumuman dari Rumah Zakat, ia mendapatkan beasiswa langsung tanpa pengecekan dari pihak rumah zakat.
Tanpa modal, dan dengan modal nekat wahyu mendaftarkan diri di SMA Inklusi. Dengan modal pinjaman dari pelatih caturnya, ia mendaftarkan diri ke sekolahan. Namun, selang 2 bulan ia bersekolah, ada panggilan untuk mengikuti lomba lari tingkat nasional. Lantas ia berlatih keras hingga akhirnya mampu mendapatkan medali emas untuk Jawa Tengah. Hingga kini, pinjaman tersebut mampu ia lunasinya.
Namun, TUHAN tidak pernah memberikan kejadian tanpa alasan, dan dibalik permasalahan pasti ada jalan keluarnya. Dia mampu menjadi pion yang tangguh, bergerak satu persatu. Pelan pelan untuk menerjang lawan hingga ia mampu melampaui batas kemampuannya.
Suatu saat lewat ceritanya kepadaku “mbak, walaupun aku sekolah dengan uang hasilku sendiri, aku pasti mampu untuk melanjutkan ke perguruan tinggi, aku mampu sepertimu ya mbak, menjadi mahasiswa. Walaupun ini harapannya kecil buatku, seorang dari desa terpencil untuk memiliki cita – cita besar dan aku harus menata waktuku untuk belajar lari, catur dan silat untuk menambah pundi – pundi uangku agar aku bisa mandiri membiayai sekolahku, tapi aku akan menyempatkan waktu belajar agama. Ijinkan ku belajar agama bersama mbak? Bolehkan? (sungguh hati ini menjerit mendengar begitu dahsyat keras dalam kehidupannya. Sesungguhnya orang – orang seumuran sepertinya masih ingin bermain dengan teman – temannya, les bimbel dan tak menghiraukan biaya sekolah. Karena sudah ada yang menanggung. Namun, ia melewatkan masa – masanya itu dengan bekerja lebih giat untuk mencukupi kebutuhannya namun ia juga masih ingin terus dekat dengan TUHANNYA dan AGAMANYA.
Saat ini ia sekolah di SMA inklusi di Surakarta. Prestasi lokal maupun internasional sudah diraihnya. Baik prestasi akademik, ia mampu masuk dalam parallel 15 di sekolahnya, prestasi non akademik pun ia sudah lampaui, ia mampu membawa harum Indonesia ia torehkan di kancah Internasional. Menjadi perwakilan Indonesia di lomba catur tingkat ASIA, dan pulang membawa emas. Saking begitu cinta dengan catur, ia membawa caturnya kemanapun. Ke sekolah, bermain, dan kemana mana ia bawa caturnya. Bahkan medalinya tersebut, tak pernah lepas dari tas sekolahnya. Maka, nikmat TUHAN mana yang mampu kita dustakan, jika TUHAN berkehendak siapa yang mampu menghalanginya.
Sabar Gorky. Nama yang pantas di berikan karena sesuai dengan perjuangan yang sudah ia torehkan. Kenalkah dengan sabar gorky kalian? Bagi penyandang disabilitas sabar gorky ini bukan asing bagi mereka. Karena sabar ini merupakan penyandang disabilitas yang membanggakan. Rasa cintanya pada nasionalisme dan bangsanya dengan tujuan menginspirasi ia torehkan di kancah internasional. Ia mampu Mencapai puncak gunung Kilimanjaro (5.895 mdpl), gunung tertinggi di Afrika, 13 November 2011, ia mampu tancapkan sang merah putih di puncak tertinggi kilimajaro. Padahal gunung ini memiliki suhu yang tidak bisa ditebak dan areanya sulit untuk didaki. Namun sabar gorky mampu mencapkan sang merah putih di puncak gunung kilimajaro. Tidak hanya Kilimanjaro yang menjadi saksi dalam kehidupannya namun sebelumnya ia Mencapai puncak Gunung Elbrus (5.642 mdpl), gunung tertinggi di Eropa, 17 Agustus 2011. Terpaut 3 bulan, ia sudah mendaki gunung tertinggi. Masihkah kalian perpikiran pesimistis akan kemampuan mereka?
Dalam pembiacaraan bersama pak sabar, pernah terlintaskan dari keinginan pak sabar “aku masih ingin melatih difabel untuk belajar memasak dan mendaki gunung”. Tidak hanya menginspirasi lewat kehidupannya namun berbagi untuk sesama. Inilah para pejuang sesungguhnya dalam kehidupan, mampu memberikan kebermanfaatan dan menginspirasi bagi dunia. Kelak perjuanganmu akan dikenang seluruh dunia pak. (hatiku lirih).
nice banget. Thanks ya :). oia, tapi maf, ini aku rada out of date, boleh tanya? heehhe..Pak Sabar itu penyandang disabilitas apa ya? Kok aku norak gini ya, gak denger nama beliau 🙁
pak Sabar itu disabilitas daksa. Jika tak salah ia kehilangan satu kaki dan berjalan dengan Kruk tapi dapat mendaki gunung secara professional. epic!
Selamat datang mbak Sita. dinanti pengalaman-pengalaman lainnya yang menginspirasi ya 🙂
Nice
mohon izinkan saya untuk mengoreksi dan merasakan entah dimana tapi rasanya ada kejanggalan di
“terapis setahum kemapuan nya meningkat. Rentang tantrumnya pun mulai berkurang secara bertahap.”
Terus itu Solonya ada yang belum digedei
Mohon maaf ya, makasi
maaf ya kalo ada kesalahan
iya kemampuannya meningkat walaupun tidak banyak
iya gpp, syukurlah kemampuannya meningkat,
tidak apa-apa kalaupun tidak banyak, dikit0dikit aja dulu kan semua butuh proses ^_^
semangat ya,,,, ^_^