Emosi itu ada yang masuk ke dalam Zona nafsu yang mengakibatkan energi menjadi low kok lemah (keluh, cemas, marah, takut, putus asa, sombong, sedih, dendam, sesal, nafsu, bingung, tergesa-gesa, trauma, membesar-besarkan keburukan orang, ingin diakui dan dipuji).
Ada juga yang masuk ke dalam zona ikhlas yakni syukur/rela, sabar, fokus, tenang, bahagia, semangat, fokus, harapan, sadar diri, rileks, memberikan maaf, adanya rasa pengakuan dari diri dan memberi pujian kepada orang.
Saat kita mengenali emosi, maka kita akan menyebutnya sebagai perasaan. Manusia itu awalnya “merasa” dulu baru “berpikir”. Hal ini dapat dibuktikan dengan memperhatikan perkembangan anak-anak, mereka dapat dengan melakukan apapun seenaknya, mau bicara mengenai perasaan.
Perasaan terlebih dahulu berfungsi sebelum pikiran, meskipun ini bukanlah berarti sebelumnya pikiran itu tiada.
Perasaan itu terkadang hanya sekedar lewat saja, terkadang suka berlebihan.
Perasaan baik yang sekedar atau kebanyakan itu, dipicu oleh adanya ingatan. Hal ini menyebabkan gangguan energi yang terjadi sebagai proses antara yang berdampak pada munculnya emosi negatif dan perilaku pendukungnya.
Daftar Pustaka :
Sentanu, Erbe. (2009). The Science & Miracle of Zona Ikhlas. Jakarta : PT.Gramedia.
Sentanu, Erbe. (2012). Quantum Ikhlas. Jakarta : PT.Gramedia
Susanto, Dedy. (2012). Rahasia menguasai perasaan & pikiran pemulihan jiwa kekuatan ada saat aku ikhlas. Jakarta : Katalog dalam penerbitan, diedarkan oleh TransMedia.
Zainudin, Ahmad Faiz. Spiritual Emotional Freedom Technique SEFT cara tercepat dan termudah mengatasi berbagai masalah fisik dan emosi. Jakarta : PT.AGRA Publishing
logika juga sudah seharusnya dapat mengendalikan perasaan, akal sehat mengendalikan nafsu duniawi.
Iya,
Namun, disini logika cowo sama cewe kan berbeda.
Cewe emang di anugrahi perasaan atau emosi dan sering dibilang logikanya pendek, sedangkan cowo di anugrahi logika dan sering kesulitan dalam memahami perasaan. Gitu si menurut pemahaman saya yang bodoh ini.
Terus juga harusnya logika tiada membatasi akal sehat dan nafsu duniawi dengan cara yang baik maupun buruk. Seharusnya logika dapat berpikir jernih, apa dibalik itu semua secara positif.
Nafsu duniawi itu perlu juga kok,
Contoh :
kita perlu makan, nafas kan untuk hidup?
kita perlu mengikuti lomba kan untuk berprestasi?
kita perlu mengikuti seminarkan untuk mendapatkan ilmu?
kita perlu mendapatkan pengakuan bukan dari orang lain? supaya diri menjadi lebih berharga.
bukannya gitu?
kita butuh juga nafsu duniawi dengan mencari pasangan untuk menikah bukan?
kita juga butuh nafsu duniawi berupa materi untuk menjalani hidup dan beribadah?
Bukalah dirimu tuh terhadap masukan dan nasihat-nasihat, mungkin inilah yang menyebabkan adanya gep antara disabilitas muda dan tua.
Aku hanya bisa mencoba membantu semampuku untuk membantuku juga.
Aku kurang tau apakah kamu bisa mengerti hal itu?
Iya mbak, soalnya 5 indra manusia itu yang bekerja duluan untuk “merasakan”, baru setelahnya dialirkan oleh saraf menuju otak untuk diolah berdasarkan “logika”.
Ooh gitu
nice komentar