memulai perjalanan masuk universitas seorang Tunanetra

Memulai perjalanan pendidikan di sebuah universitas menjadi moment yang paling berkesan. Saya masih mengingat betul pada saat-saat awal mendaftar di Universitas Muhammadiyah Bandung.

Di kala itu, saya didampingi oleh orang tua membawa semua persyaratan yang diperlukan untuk mendaftar melalui jalur penerimaan mahasiswa baru (PMB). Dalam interview, saya dengan lugas menyampaikan niat saya untuk belajar di UMB. Meskipun pada saat itu universitas belum menyediakan fasilitas khusus untuk mahasiswa disabilitas. , namun dalam hal ini keyakinan saya tidak tergoyahkan untuk bisa menempuh pendidikan yang diimpikan.

Baca:  Dimas, Segenggam Asa untuk Kartunet

Setelah banyak berbincang, pada akhirnya dari pihak universitas pun berjanji akan segera menghubungi kepala program studi terlebih dahulu. Sambil menunggu kabar, saya pun tidak lupa terus memanjatkan do’a. Setelah dua minggu dalam penantian, akhirnya saya mendapat kabar gembira, dengan diterimanya di Universitas Muhammadiyah Bandung di jurusan Pendidikan Agama Islam.

Proses pendaftaran dan orientasi berjalan lancar. Saya mengikuti setiap tahapan dengan semangat. Pada hari pertama perkuliahan, salah satu dosen bertanya dengan penuh perhatian.

“Apakah kamu bisa mengikuti perkuliahan ini?”

“Saya bisa, Pak. Saya menggunakan laptop dengan pembaca layar untuk membantu,” jawab saya mantap.

Dosen itu tersenyum, “Alhamdulillah, semoga lancar ya.”

“Aamiin, terima kasih banyak pak,” jawab saya.

Pada awalnya, dosen dan teman-teman saya terlihat kebingungan tentang bagaimana cara berinteraksi dengan saya. Mereka tidak tahu bagaimana mendukung saya atau bagaimana saya bisa mengikuti perkuliahan seperti mahasiswa lainnya. Di situlah saya memutuskan untuk membuktikan bahwa saya mampu mengikuti perkuliahan ini dengan baik.

Banyak orang yang penasaran dan sering bertanya kepada saya, “Bagaimana caranya kamu mengikuti perkuliahan ini?” Saya selalu menjawab dengan bangga, “Saya menggunakan laptop dengan bantuan screen reader yang bernama NVDA (Non-Visual Desktop Access).” Dengan teknologi ini, saya bisa mengakses semua materi perkuliahan, membaca buku elektronik, dan menyelesaikan tugas-tugas saya.

NVDA adalah sahabat setia saya dalam menjalani kehidupan akademis ini. Setiap kali diberi tugas, saya selalu berusaha untuk menyelesaikannya tepat waktu. Tidak pernah ada satu pun tugas yang saya abaikan. Meskipun hasil tugas saya mungkin tidak selalu sebaik teman-teman saya, saya selalu berusaha semaksimal mungkin. Saya percaya bahwa usaha dan ketekunan adalah kunci untuk meraih kesuksesan.

Baca:  Kerja Keras, Kerja Cerdas, Kerja Ikhlas

Dalam proses ini, saya belajar banyak tentang disiplin, manajemen waktu, dan bagaimana mengatasi berbagai rintangan. Alhamdulillah, sejak awal perkuliahan sampai sekarang, ada seorang teman yang selalu menemani saya. Dukungan dari teman ini sangat berarti bagi saya. Dia selalu siap membantu ketika saya membutuhkan, baik itu dalam hal akademis maupun non-akademis. Keberadaan teman yang setia ini membuat perjalanan saya menjadi lebih ringan dan memberikan semangat tambahan untuk terus maju.

Selain teman yang setia, saya juga mendapatkan banyak dukungan dari keluarga, dosen, dan teman-teman lainnya. Mereka memberikan semangat dan bantuan ketika saya membutuhkannya. Hal ini sangat berarti bagi saya dan memberikan motivasi tambahan untuk terus maju. Saya juga berusaha untuk terus meningkatkan kemampuan saya dalam menggunakan teknologi bantu, serta mencari berbagai cara untuk belajar lebih efektif.

Pengalaman ini mengajarkan saya banyak hal. Saya belajar bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk meraih cita-cita. Dengan tekad yang kuat dan bantuan teknologi, saya bisa membuktikan kepada diri sendiri dan orang lain bahwa saya mampu. Saya ingin berbagi kisah ini agar bisa menjadi inspirasi bagi siapa saja yang merasa ragu akan kemampuan dirinya. Tidak ada yang tidak mungkin selama kita mau berusaha dan tidak menyerah.

Setiap kali saya merasa putus asa atau menghadapi tantangan yang tampaknya sulit diatasi, saya selalu mengingatkan diri sendiri bahwa saya telah melewati banyak rintangan sebelumnya. Saya percaya bahwa setiap orang memiliki potensi untuk meraih impian mereka, asalkan mereka mau bekerja keras dan tidak takut mencoba hal-hal baru.

Kisah saya adalah tentang ketekunan, keberanian, dan keyakinan bahwa kita bisa menembus batasan yang ada. Saya berharap bahwa dengan berbagi pengalaman ini, saya bisa menginspirasi lebih banyak orang untuk tidak menyerah pada impian mereka, apapun tantangan yang mereka hadapi.

Baca:  IT WILL BE MY FIRST OPERATION
Bagikan artikel ini
Ade
Ade Ihsan

"Saya adalah seorang mahasiswa difabel netra yang sedang menempuh pendidikan di Program Studi Pendidikan Agama Islam di Universitas Muhammadiyah Bandung. Saat ini, saya tinggal di pondok pesantren sambil menjalani kuliah.

Articles: 7

One comment

  1. menginspirasi sekali mas ceritanya. ditunggu ini kelanjutan ceritanya. kalau ada pengalaman lain yang menarik selama kuliah sebagai tunanetra. oh ya sedikit masukannya. Sekiranya dalam menulis sebuah narasi atau kisah pengalaman, juga dibagike dalam paragraf-paragraf yang masing-masing berisi satu ide utama. Sehingga lebih dapat dikembangkan maksimal tulisannya dan pembaca juga lebih mendapatkan kisah yang lebih menarik.

    ok tetap semangat menulis dan terus berkarya ya.

Leave a Reply