Memory of Tanjung

Suatu hal yang tak pernah kulupakan dari saat sekolah adalah teman-temanku di SMA maupun di tempat les. Namaku Tanjung, dan aku sekarang sudah lulus SMA di Yogyakarta. Sekarang aku sedang merencanakan kuliahku, aku ingin kuliah di jurusan bahasa Inggris. Mengapa? Karena pengalamanku belajar bahasa Inggris di tahun terakhirku sekolah sangat menyenangkan, membuatku ingin belajar lebih banyak lagi.

 

Bukannya pelajaran bahasa Inggris di sekolahku kurang, aku hanya merasa butuh banyak waktu dan kesempatan untuk memperdalam bahasa Inggris. Pengalamanku waktu ke Bali dengan keluargaku, mendengarkan bule-bule berbicara menggelitikku ingin bisa menguasai bahasa yang dimiliki negara adikuasa itu. Seandainya aku bisa tahu semua pembicaraan mereka, seandainya aku tidak kesulitan memahami film luar negeri karena kendala bahasa, aku pasti sangat senang.

 

Sejak kecil mataku sudah rabun, penglihatanku semakin menurun. Tapi jangan salah sangka, aku tidak menyerah. Justru dengan kekuranganku ini aku menjadi lebih semangat dalam belajar. Buktinya, aku bisa sampai sekarang ini. Tentu saja karena adanya bantuan dan doa juga dari keluargaku dan teman-temanku. Aku merasa sangat beruntung.

 

Masa SMA orang bilang masa-masa yang paling menyenangkan, sebetulnya bagiku sama saja, karena menurutku semua hari itu menyenangkan. Aku selalu menikmati hari-hariku. Tapi, aku merasa tahun terakhirku ini yang paling menyenangkan. Betul, hal ini ada hubungannya dengan bahasa Inggris. Bertahun-tahun aku mempelajarinya, baru tahun ini aku bisa merasakan belajar bahasa Inggris itu sangat menyenangkan. Baiklah, akan kucritakan pengalamanku ini.

Baca:  Perjalanan Panjang

 

****

 

Di Jogja ada sebuah badan sosial yang memiliki sasaran kegiatan khusus untuk tunanetra, badan sosial tersebut adalah cabang dari sebuah rumah sakit mata yang cukup terkenal yaitu Rumah Sakit Mata Dr. YAP. Mardi Wuto. Entah mengapa dinamakan Mardi, mungkin itu adalah nama penting dari badan sosial ini. Tapi Wuto jelas berarti tak bisa melihat dari bahasa Jawa. Jadi, orang-orang yang mengerti bahasa Jawa pasti langsung tahu badan sosial ini untuk apa bila mendengar namanya.

 

Badan social ini tidak besar namun lengkap. Mereka sering mengadakan banyak acara khsusus untuk tunanetra dan gratis. Orang-orang yang berada di dalam Mardi Wuto semua baik sekali, lucu dan suka bercanda. Beliau-beliau ini semua orang kaya. Aku sangat salut dengan beliau-beliau ini, di usianya yang rata-rata lebih dari 50 tahun, beliau masih aktif untuk melakukan kegiatan sosial.

 

Kalau dilihat lagi, sebetulnya badan sosial ini tidak memiliki agenda khusus untuk les bahasa. Agenda rutin yang dimiliki oleh badan social ini ada les komputer, musik dan pijat. Semua alat yang diperlukan untuk kegiatan les tersebut tersedia lengkap, mulai dari komputer, alat-alat musik, sound system sampai ruangan untuk pijat. Semua tersedia lengkap untuk memfasilitasi teman-teman tunanetra yang ingin menyalurkan bakat dan keinginannya. Dan sekali lagi, semua itu gratis.

 

Aku mengenal badan social ini cukup lama karena jika mereka juga memiliki link khusus seperti SMP YAKETUNIS dan UIN Sunan Kalijaga untuk mengundang teman-teman tunanetra untuk hadir di kegiatan rutin Mardi Wuto. Ya, tak hanya dalam hal pembelajaran saja, kegiatan seperti pentas seni dan olahraga pun mereka selenggarakan di hari khusus. Jadi begitu ada kegiatan pembelajaran atau pentas seni, pihak Mardi Wuto akan menghubungi sekolah atau personal untuk mengundang kami. Senang kan? Bagi kaum tunanetra seperti kami, kegiatan tersebut sangat jarang, jadi sekali ada rasanya senang sekali.

 

Selama berada di Mari Wuto, aku hanya mengikuti kegiatan les komputer. Guru lesku juga tunanetra, Mas Agung namaya. Ia mahasiswa UIN yang dulu juga seperti aku, menjadi partisipan di Mardi Wuto. Dia hebat sekali, sekarang melanjutkan kuliah komputer. Beliau sangat sabar dan lucu. Sambil memberikan informasi tentang komputer, Mas Agung suka sesekali curhat tentang dirinya atau cerita tentang masa kecilnya dulu, itu sangat memotivasi. Kadang dalam hidup, saat aku terdiam di kamar dan berpikir, ada kalanya saat  rasa down itu muncul. Tapi setelah mendengarkan cerita Mas Agung, aku jadi lebih semangat dn membuang jauh perasaan galau itu.

Baca:  Saksi Senja

 

Lain Mas Agung, lain juga teman-teman les-ku. Aku adalah murid termuda di kelas komputerku. Ya, teman-teman yang lain aku panggil “Mas” dan “Mbak” karena umur mereka yang yang sudah 2 atau 3 tahun lebih tua dari aku. Mereka ada yang kuliah dan ada juga yang bekerja. Teman-teman lesku itu bernama Mas Jadid, Mas Imam dan Mbak Sari. 

 

Kelas computer itu ada dua kelas, pagi dan siang, setiap kelasnya hanya ada 3-4 murid karena computer yang tersedia hanya 4. Aku mengikuti kelas siang yaitu pukul 13.00-14.30, kadang bisa mulai lebih awal. Kelas ini sangat menyenangkan karena mas Imam juga orangnya lucu, ia suka menggoda Mas Agung kalau beliau sedang bercerita.

 

Les computer itu aku ikuti dari awal semester hingga ada pengumuman dari Mardi Wuto bahwa akan ada pelatihan bahasa Inggris yang akan dilaksanakan selama 3 bulan. Pelatihan tersebut dilakukan oleh 3 mahasiswa dari salah satu universitas negeri di Yogyakarta. Wah! Seperti beruntung, saat aku ingin menambah kemampuan bahasa Inggrisku, ada kesempatan itu. Aku sangat senang karena pihak Mardi Wuto langsung menghubungiku di rumah dan menawarkan kesempatan ini padaku. Dan aku dengar program itu gratis, malahan siswa akan mendapat makan siang dan buku. Senang sekali rasanya!

 

* **

 

“Today we will going to learn about ‘Tourism’… “

 

 

Mbak Mia, Mbak Arini dan Mbak April adalah 3 mahasiswa universitas jurusan Pendidikan bahasa Inggris yang mengajar kami di Mardi Wuto. Mereka adalah calon guru Bahasa Inggris. Sebelum ini pernah ada pelatihan bahasa Inggris juga yang memakai tenaga pengajar dosen. Jujur, saat itu kelas menjadi lebih tegang. Ya, karena kami sadar bahwa guru kami adalah seorang dosen. Bukannya apa-apa, kami jadi bingung harus melakukan apa. Akibatnya, pelatihan tersebut tidak sampai 2 bulan harus berhenti. Tapi kali ini berbeda. Kami diajar oleh mahasiswa yang umurnya tidak begitu jauh dari kami. Mereka berumur 19 sampai 20 tahun. Masih muda dan enerjik. Kami seperti belajar dengan teman sendiri.

 

 

Mbak Mia memiliki karakter yang dominan dari pengajar yang lain. Dia pernah belajar di Australia, makanya pronounciation-nya paling bagus diantara yang lain. Mbak Arini itu yang paling sabar, dia juga pintar menyanyi, suaranya sangat bagus. Kalau Mbak April, dia yang paling centil. Suaranya melengking dan cerewet, bisa juga dibilang yang paling cerewet. Mbak-mbak ini sangat sabar menghadapi kami, mereka juga lucu, gaul dan sangat menyenangkan.

Baca:  Sebuah Esensi dan Aksesori

 

 

Suasana di kelas sangat hangat sehingga kami juga tidak malu untuk mencoba berbicara dalam bahasa Inggris. Yang paling aku suka dari mereka adalah, mereka selalu menghormati apa yang dikatakan muridnya. Dan disini, aku bisa merasakan bahwa belajar Bahasa Inggris itu sangat menyenangkan. Aku pikir bahasa Inggris adalah bahasa yang sulit untuk dipahami dan memusingkan, tapi di pelatihan ini aku benar-benar merasa senang belajar Bahasa Inggris.

 

 

“OK Tanjung, now would you please read your paragraph for us? What is the story about?” kata mbak Mia dengan logatnya yang kebarat-baratan. Dengan percaya diri aku berdiri dan memegang kertasku. Aku memang sudah menantikan waktu ini.

 

 

“Yes mam… eh mbak… eh miss.. yes miss…” kataku bingung.

 

 

 Ya bagaimanapun juga aku merasa gugup. Bagaimana kalau salah, bagaimana aku aku salah pengucapan?

 

 

“Hahahah, don’t be too nervous. No one will bite you… hahaha OK everybody listen to Tanjung…”

 

 

“Last year I went to Bali with my family. I went there by plane for 1,5 hours. I was so happy that finally I can go to Bali, and more happy because I went there with my family. I stayed in a hotel near the Kuta beach. Everywhere, I can hear the foreigners talking, it was so amazing….” Aku melanjutan kalimat-kalimatku yang menceritakan pengalamanku selama di Bali. Ya, karena membahas soal pariwisata, aku memutuskan untuk menulis tentang Bali.

 

“Very good Tanjung! Even though there still have a little problem, but you write it nicely. Ngomong-ngomong, Bali emang bagus banget yaaa! Mbak April juga pengen ke bali, sayang belum ada uang hahaha. OK that’s very good Tanjung! Big applause for Tanjung!” Mbak April memuji tulisanku dan caraku membaca. Aku sangat senang karena aku sudah bisa sampai titik ini.

 

Selama 3 bulan aku mendapatkan pelatihan bahasa Inggris bersama dengan teman-temanku. Dan pelatihan itu memberikan memori tersendi buatku. Selain belajar aku juga mendapat teman baru dan pengalaman yang tidak akan terlupakan. Pembelajaran ini berguna hingga ku lulus SMA, terutama di mata pelajaran bahasa Inggris. Aku sangat senang bahwa masih ada orang yang peduli terhadap orang-orang dengan disabilitas seperti aku. Semoga pengalamanku ini bisa dirasakan juga oleh teman-teman yang lain. Yes we’re able in our disability !

 

Editor: Putri Istiqomah priyatna

Bagikan artikel ini
Veronica Juniarmi
Veronica Juniarmi
Articles: 1

Leave a Reply