Ada beberapa anak berkebutuhan khusus yang menjadi kesulitan untuk belajar dari lingkungan. Mereka juga tidak mempunyai kesempatan yang cukup karena ragamnya kondisi.
Adi D Adinugroho yang merupakan special education specialist menjalaskan bahwa di Indonesia terdapat sekitar 2 juta anak berkebutuhan khusus usia sekolah. Mereka saat ini masih anak, namun 10 tahun lahi akan menjadi orang dewasa.
Beberapa anak kebutuhan khusus mempunyai kemampuan untuk bersosialisasi yang kurang baik, kemampuan impulsive yang masih minim misalnya terlalu jujur dan apa adanya (polos).
Kepolosan ini berbahaya. Adi berujar “Memiliki rasa curiga agar tidak mudah untuk dibohongi merupakan salah 1 bentuk kemampuan manipulatif”.
“Kemampuan manipulatif ini bila sudah diajarkan sejak dini maka akan produktif ketika dewasa.” Tambah Adi.
Anak yang berkebutuhan khusus sebaiknya mendapatkan pengajaran mengenai social skill dan life skill sejak dini yang disesuaikan dengan berat atau kondisi anak.
Orang tua terkadang tidak memiliki waktu untuk menhajarkan keterampilan fungsional.
Ada juga orang tua yang tidak memberikan kesempatan anaknya untuk keluar rumah karena malu dan karena adanya pemikiran bahwa masyarakat akan menolak anak berkebutuhan khusus.
Padahal, pada kenyataannya tidak seluruhnya menolak.
Untuk mengajarkan keterampilan fungsional, orang tua bisa melakukan dengan rekreasi.
Contoh : mengajak anak makan di restoran. Namun, sebelum berangkat, jelaskan pada anak bahwa akan makan di restoran, perkenalkanlah dengan beragam restoran dan bombing ia untuk memilih restoran yang akan dikunjungi, bantu anak mengenali selera makan atau jenis-jenis makanan yang boleh disantap, ajarkan ia system yang berlaku di restoran seperti cara untuk memesan makanan, dan membayar.
Selain rekreasi, orang tua bisa mengajak anak menonton bioskop. Ajarkan ia untuk memilih bioskop, memilih film, cara beli tiket, bersikap sopan santun pada saat menonton, dan lain sebagainya.
Apabila anak berkebutuhan khusus tidak dapat menyerapnya sekaligus, maka lakukanlah secara bertahap dan dengan melakukan rencana yang matang. Misalnya, hari ini ajarkan ia untuk memilih menu, besok, ajarkan ia untuk memesan makanan, sampai selesai tahapannya. Setelah anak memiliki kemampuan makan atau menonton, berilah anak kesempatan untuk melakukannya sendiri tanpa dibantu.
Ada cara lain untuk mengajarkan keterampilan fungsional yakni melalui hobi yang dimiliki oleh anak berkebutuhan khusus.
Misalnya, untuk melihat apakah anak memiliki hobi di musik, maka cobalah ajak anak untuk pergi ke toko musik, dan saat di rumah putarkan music/mainkan alat musik, apakah ia tertarik?
Bila anak hobi untuk main piano dan terasah bakatnya, maka bisa saja ia bermain piano saat libur sekolah di kafe-kafe.
Apabila anak menyukai origami dan memiliki talenta, ia akan terlihat senang untuk menjalankan hobi, biarkanlah anak meneruskan, fasilitasi supaya anak dapat mengembangkan hobinya.
Kelak, anak akan bisa mendapatkan penghasilan dari kreasi origaminya. Kenapa tidak? Peluang ini sudah terbuka apalagi belakangan makin banyak toko dan butik berkelas yang menjadikan origami sebagai unsur dekoratif. Nah dari sini anak akan bisa bertahan hidup nanti dengan memiliki penghasilan sendiri.
Kemampuan fungsional anak berkebutuhan khusus juga dapat diajari dengan mengikut sertakan anak pada social club yang isinya adalah anak berkebutuhan khusus dan anak normal.
Evelyn Dita Christin yang juga merupakan special education specialist mengatakan bahwa social club itu penting. Anak berkebutuhan khusus juga butuh orang lain seperti guru, teman. Agar mereka dapat belajar dari lingkungan terkecil sampai lingkungan terbesar.
Sumber : Belajar Kemampuan. Dessy Susilawati. Leisure, Parenting halaman 6. Suplemen Republika, Selasa, 25 Agustus 2014.