Malaikat Juga Tahu, Kisah Abang

Jakarta — Lagu Malaikat Juga Tahu gubahan Dewi Lestari telah akrab di telinga kebanyakan orang sejak tahun 2008 dan bahkan sempat menjadi jargon atau catchphrase di kalangan masyarakat tertentu. Namun mungkin masih banyak yang belum tahu kisah di balik lagu ini, yang menjadi salah satu cerita dalam Rectoverso, antologi karangan Dewi Lestari di mana masing-masing cerita diwakili oleh satu lagu. Malaikat Juga Tahu mengisahkan tentang seorang pria penyandang autisme yang dipanggil Abang sebagai tokoh sentral.

Baca:  Forest Gump, Meraih Kebahagiaan Dengan Segala Keterbatasan

Kisah Malaikat Juga Tahu ditampilkan dalam bentuk cerita pendek di Rectoverso, versi layar lebarnya pada awal 2013 dan versi video klip lagu Malaikat Juga Tahu. Masing-masing versi berkisah mengenai seorang tokoh sentral yang dipanggil Abang (diperankan oleh Lukman Sardi baik dalam versi film maupun video klip), seorang anak dari Ibu pemilik sebuah kos-kosan. Abang adalah tokoh dengan berbagai kelebihan dan kekurangan. Ia memiliki bakat bermusik serta kemampuan merekonstruksi barang dan daya hafal yang luar biasa, tetapi kondisi mentalnya dideskripsikan selevel anak umur 4 tahun walau usianya sudah 38 tahun. Ia terobsesi pada hal-hal seperti tanggal lahir para komposer kenamaan,  simetri dari bangunan sabun di meja kamarnya, maupun jumlah bintang yang  sedang bersinar di langit. Kondisi emosionalnya dapat terganggu saat ada hal yang merusak tatanan simetris dunia idealnya, seperti saat seorang anak kos iseng mengambil satu sabun dari bangunan sabunnya.

Namun, Abang juga dapat memendam perasaan cinta ke seseorang seperti halnya orang kebanyakan. Orang yang disayang Abang adalah Leia, seorang perempuan yang indekos di rumah Abang dan kerap menemaninya dalam aktivitas sehari-hari. Sayangnya, Leia tidak dapat memahami atapun membalas cinta Abang dan akhirnya malah menjalin asmara dengan Hans, adik dari Abang yang memiliki segalanya yang tidak dipunyai Abang. Si Abang pun kehilangan satu konstanta dalam kehidupannya, dibuat remuk redam oleh seseorang yang biar bagaimanapun sebenarnya tidak bermaksud jahat.

Dalam versi film maupun video klipnya, Lukman Sardi mampu memerankan Abang secara mumpuni. Ia tidak semata memerankan sosok penyandang disabilitas mental dengan segala kekonyolan dan ketidakstabilan tingkah perilakunya, lebih dari itu ia menampilkan sesosok pria yang tidak mampu mengekspresikan perasaannya dengan jelas. Momen di mana Abang frustrasi sepeninggal Leia menggambarkan saat apa yang dipikirkan oleh otak dan dirasakan oleh hati tidak dapat diungkapkan dengan sempurna lewat mulut atau kata-kata; suatu hal yang sifatnya universal bagi sebagian orang.

Baca:  Bukan Autis, Hanya Melihat Dunia Secara Berbeda

Sementara itu, bagi seorang penyandang autisme, sosok orangtua biasa menjadi pilar utama yang menyokong kehidupan sehari-hari mereka. Malaikat Juga Tahu menunjukkan aspek ini lewat sosok sang Ibu, yang selain fasih akan segala rutinitas paling mendetail dalam kehidupan Abang, juga merupakan satu-satunya sosok yang dapat memahami segala hal yang tak bisa terucap oleh Abang, menerimanya apa adanya dan senantiasa berada di sisinya apapun yang terjadi. Seperti terungkap dalam lirik lagu Malaikat Juga Tahu, Abang di mata Ibu bukanlah sekedar seorang anak kecil yang terperangkap dalam tubuh orang dewasa, melainkan sosok malaikat yang penuh ketulusan

Malaikat Juga Tahu tidak berusaha memaksakan suatu narasi yang ideal dan menyenangkan, hanya semata menampilkan realita dengan segala manis dan pahitnya. Ini adalah cerita mengenai seorang pria yang perasaannya adalah sebuah fakta sederhana tak terbantahkan, seorang perempuan yang tidak mampu membalas fakta tersebut, dan seorang perempuan lain yang tingkat kasih sayang dan pemahamannya kepada orang yang disayanginya tidak ada bandingannya.(RvVN)

Editor: Dimas Muharam

Bagikan artikel ini
Muhammad Yesa
Muhammad Yesa

Editorial staff at Kartunet.com

Articles: 8

One comment

Leave a Reply