Pagi itu aku berhenti sejenak dari pekerjaanku lalu berjalan ke arah jendela terdekat dan berdiri di sana sambil menatap pepohonan di luar dengan pikiran menerawang ke beberapa tahun lalu ketika untuk pertama kalinya aku datang ke rumah ini. Saat itu aku masih berumur dua belas tahun, baru datang dari kampung dan untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di kota Palangka Raya. Dan kini setelah sepuluh tahun sejak kedatanganku pertama kali ke kota Palangka Raya, semua tampak tidak banyak berubah. Suasana rumah yang sama, bau-bauan dari pengharum pakaian yang keluar dari dalam kamar, dan letak-letak perabotan yang hanya sedikit saja mengalami perubahan membuat aku tidak berhenti bernostalgia ke masa lalu. Dibandingkan dengan diriku yang dulu, diriku yang sekarang tidak banyak mengalami perubahan, terkhusus secara penampilan. Saat itu aku tidak begitu peduli akan penampilan dan bagaimana merias wajah, sekarangpun masih sama, sampai suatu hari aku menyadari bahwa aku tampak tidak rapi dan sering kali asal-asalan saja dalam penampilanku sehingga membuat aku tampak sangat menyedihkan. Kesibukan-kesibukan sehari-hari yang menyita banyak perhatianku membuatku tidak begitu memperhatikan penampilanku. Aku mencoba untuk melakukan perubahan, namun setiap kali aku bertekad untuk mulai memperhatikan penampilan dan mencoba untuk paling tidak selalu tampak rapi dan enak dipandang, selalu saja aku mempunyai alasan untuk tidak konsisten melakukannya sampai akhirnya tidak peduli sama sekali.
Suatu ketika, aku menyadari perubahan terjadi pada salah seorang adik rohani yang dilayani di persekutuan kami. Pertama kali bertemu Linata, dia tampak sederhana dan tidak mencolok sama sekali. Sampai suatu ketika aku melihat ada yang berubah dari dirinya, mulanya dia tidak menggunakan riasan wajah dan cenderung sederhana saja dalam penampilannya, namun sekarang penampilannya berubah, dia sekarang selalu menggunakan riasan wajah secara konsisten yang membuat penampilannya tampak cerah dan enak dipandang.
Menggunakan riasan wajah merupakan sesuatu yang normal dan wajar dilakukan oleh gadis-gadis, sama halnya juga untuk Linata, tetapi yang membuatnya istimewa adalah karena Linata memiliki cacat di tangan kanannya. Kecelakaan mobil yang dialaminya ketika dia masih berusia dua tahun mengakibatkan syaraf-syaraf pada tangannya menjadi tidak normal dan membuat tangan kanannyapun tidak bertumbuh normal sehingga tidak dapat digunakan untuk bekerja sama sekali, dan untuk beraktivitas Linata hanya mengandalkan tangan kirinya saja. Jadi untuk merias dirinyapun, Linata hanya mengandalkan satu tangan. Tidak hanya untuk merias dirinya sendiri, Linatapun melakukan semua aktivitas yang juga dilakukan oleh orang-orang lain pada umumnya, dia memasak, membersihkan rumah, memberi makan anjing, mengetik tugas sekolahnya di laptop, merias diri dan mengurusi keperluannya sendiri. Linata tidak pernah mengaluh, apa lagi mengharapkan orang lain untuk mengerjakan semua pekerjaan yang harus dia lakukan. Dia melakukan semua yang harus dia kerjakan sendiri.
Dari Linata aku belajar, bahwa meski hanya dengan mengandalkan satu tangan, tidak menghalanginya untuk melakukan banyak hal. Kekurangannya tidak membuat dia selalu mengharapkan bantuan dari orang lain termasuk mengurusi dirinya sendiri.
halo kak, terima kasih sudah ikut partisipasi di Lomba Artikel Inspiratif #Kartunet 2015. Silakan tautan ke artikel ini dapat disebarkan via social media dan ajak sebanyakmungkin teman untuk beri like, retweet, atau =+1 agar jadi Artikel Terfavorit. Oia, mohon dilengkapi juga user profile di website ini khususnya bagian biografi dengan deskripsi diri singkat agar lebih mudah dikenal oleh Kartuneters lain ya kak 🙂