Genap sewindu mengenalmu
Bertumpuk surat, beratus perangko
Suaramu renyah di lembar kertas
Tawamu mengalir pada tinta biru
Aku berani menebak
Kau pasti gadis serupa bola bekel
Mainanmu tempo dulu
Tak sabar segera menemuimu
Matahari di atas topi hitam
Aku berdiri tepat di depan pintu museum
Namamu terpampang di papan putih
Seorang wanita muda menyuruhku menunggu, “Kau kah itu?”
Wanita di depanku bercerita
Kau pemilik bangunan ratusan lukisan
Lentik jarimu menari indah di tembok
Kagumku memenuhi ruangan
Wanita muda itu berlalu memanggilmu
Kulepaskan topi
Kuatur detak jantung
Suaramu merdu di belakang
“Selamat datang, maaf lama menunggu.”
Kuputar badan secepat kilat, dan
Serasa halilintar menyambar kesadaran
Mendapati kau berdiri, tanpa bola mata