Jakarta – Saat ini Pulau komodo seperti menjadi artis yang sedang naik daun. Tak ubahnya seseorang yang sedang mengikuti kontes Idol. Di televisi, kita saksikan iklan yang mengajak masyarakat ramai-ramai mendukung batas paling barat provinsi Nusa Tenggara Timur itu agar lolos menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia yang baru. SMS pun terus dipantau, dan hasilnya, masih perlu banyak dukungan lagi agar pulau eksotik itu mampu bersaing dengan tempat-tempat menakjubkan lain di seluruh dunia.
Namun uniknya, di tengah gencarnya seruan itu, tersiar kabar bahwa pemerintah tak mengakui kredibilitas Yayasan New7Wonders selaku penyelenggara dari kontes akbar tersebut. Melalui surat elektronik, wakil Kedubes RI di Swis telah memperingatkan rakyat indonesia agar berhati-hati dengan Yayasan tersebut.
Pemerintah sampai sekarang bersikukuh untuk tidak mengakui kredibilitas Yayasan tersebut. Di katakan bahwa sejumlah kejanggalan terjadi dalam proses penyelenggaraan. Dan pemerintah yang dalam hal ini diwakili oleh Kementrian kebudayaan dan Pariwisata saat itu, telah mengundurkan diri dari kepanitiaan.
Awal “kecurigaan” bermula saat pihak Yayasan meminta uang US$ 45 juta atau sekitar 405 Miliyar. Tentu saja pemerintah Indonesia menolak. Tak sampai disitu, Kementrian pariwisata juga pernah mengirim wakil untuk bertemu langsung pihak Yayasan di Swis. Namun, alamat Yayasan tersebut ternyata tidak jelas. Yang ditemukan malah sebuah gedung musium kuno yang buka hanya seminggu sekali. Indonesia pun sudah dicoret namanya dari OC kepanitiaan akibat penolakan tersebut.
Mengejutkan. Apakah ini artinya bangsa kita sedang dipermainkan?
Namun begitu, masih banyak pula sebagian kalangan yang bersikukuh untuk “meneruskan perjuangan”nya agar pulau habitat hewan langka itu berhasil mencatatkan dirinya sebagai salah satu tempat termasyur dunia.
Menarik memang bila kita terus mengikuti kisah ini. Dan yang jelas, di luar kesimpang siuran kabar tentang ketidakjelasan pihak penyelenggara , posisi Pulau Komodo saat ini tengah “merambat” menuju ke tempat yang bisa dibilang menggembirakan. Jumlah SMS pun dikabarkan menglami kenaikan yang signifikan. Meski berapa jmlah total SMS tiap-tiap finalis tak bisa kita dapatkan.
Berhati-hati memang tak ada salahnya. Kita tak ingin kekayan negeri ini kembali diekspos hanya untuk kepentingan segelintir orang. Apalagi bila orang-orang itu ternyata adalah pihak asing. Sungguh menyakitkan. Bila nanti kekhawatiran itu benar-benar terbukti. Dan bangsa Indonesia sendiri, hanya bisa gigit jari karena tidak bisa menikmati kekayaan negeri sendiri.
Dan hal ini seharusnya bisa kita jadikan “cambuk” pembuka mata bagi seluruh rakyat Indonesia.
Agar mereka kembali peduli dengan apa yang mereka miliki. Agar mereka bangga dengan apa yang mereka punya. Karna bangsa yang kuat, adalah bangsa yang mampu menghargai peberian Tuhan-Nya.(Satrio)