Judul Buku: Isyarat Mieko
Genre: Fiksi (komik, drama sosial, drama psikologis, drama keluarga)
Penulis: Junko Karube
Penerbit (Indonesia): Elex Media Komputindo
Depok – Bagi orang awam, mungkin tak terbayang bagaimana membangun rumah tangga sebagai seorang penyandang disabilitas. Dengan kondisi fisik sempurna saja sudah terasa sulit, bagaimana jika Anda memiliki disabilitas? Hal ini menjadi fokus cerita dari Kimi No Tega Sasayaite Iru, atau Isyarat Mieko, komik Jepang (manga) karangan Junko Karube yang mengisahkan kehidupan seorang perempuan tunarungu bernama Mieko dan suka-dukanya membangun rumah tangga dengan suaminya Nobe dan anak perempuannya Chizuru.
Komik Isyarat Mieko yang diterbitkan Elex pada dekade 1990-an terdiri dari 10 volume dan telah diadaptasi menjadi serial drama live. Struktur ceritanya bersifat episodik; masing-masing volume komik memuat sejumlah cerita yang biasanya menceritakan tentang suatu problem atau tantangan yang dihadapi Mieko dan keluarganya. Kadang, muncul juga cerita tambahan tentang masa kecil Mieko. Yang paling menarik, di setiap akhir volume komik terdapat rangkaian tutorial grafis yang mengajarkan bagaimana menyebut sejumlah kosa kata dengan bahasa isyarat.
Masing-masing cerita dalam komik ini terasa jenaka, mengharukan dan selalu inspiratif, serta secara perlahan menampilkan perkembangan Mieko sebagai seorang istri, ibu rumah tangga dan juga perempuan karier. Salah satu cerita paling berkesan adalah saat Nobe, suami Mieko, dipindahtugaskan sehingga ia harus tinggal terpisah dengan keluarganya selama hari kerja. Mieko pun mengalami sebuah dilema: bila ia mengikuti kata hatinya dan ikut pindah dengan Nobe, maka ia pun harus meninggalkan zona nyamannya di mana lingkungan sosial dan pekerjaannya telah sangat akomodatif dan mendukung kondisi dirinya. Pada akhirnya Mieko memutuskan bahwa kebersamaan keluarganya lebih penting, sehingga ia memilih untuk ikut pindah dengan optimisme bahwa cepat atau lambat ia akan mampu beradaptasi dan tetap survive di lingkungan baru.
Banyak pula cerita yang menyangkut Chizuru, anak Mieko yang dari kecil sudah fasih belajar bahasa isyarat agar bisa berkomunikasi dengan ibunya. Di salah satu cerita, Chizuru kerap diganggu oleh anak lelaki di kelasnya yang pernah melihat cara interaksi Chizuru dengan ibunya yang terkesan aneh. Hal ini sempat membuat Chizuru ngambek dan enggan diantar-jemput Mieko. Namun, Mieko pada akhirnya berhasil memecahkan masalah tersebut dengan cerdas dan non-konfrontatif; ia mengundang si anak lelaki itu ke rumah mereka dan menunjukkan bagaimana penggunaan bahasa isyarat bukanlah sesuatu yang aneh, melainkan alternatif komunikasi yang bisa dibuat lucu dan seru.
Berbagai tantangan yang dihadapi Mieko tidak melulu berkutat soal disabilitasnya. Ada juga berbagai masalah yang sifatnya universal: seperti saat menghadapi ibu mertua yang terlalu bawel, saat kesulitan mengatur waktu antara kesibukan pekerjaan dan waktu bersama keluarga, dan sebagainya. Mieko tidak terus-terusan ditampilkan sebagai korban atau orang yang perlu ditolong dalam cerita; seringkali ia justru menjadi figur penolong bagi orang-orang terdekatnya, seperti saat ia membantu memecahkan masalah asmara adiknya atau saat ia membimbing seorang sahabat yang perlahan kehilangan kemampuan pendengarannya.
Mieko bukanlah seorang wonder woman sempurna yang dengan mudah berjaya meski dibatasi oleh ketidakmampuannya mendengar. Ia juga terkadang mengalami masa-masa galau, marah dan minder akibat keterbatasannya maupun hal-hal lainnya. Namun, ia berhasil mengalahkan segala perasaan negatif tersebut untuk menjadi seorang istri yang luar biasa, ibu yang penyayang, wanita karier yang tangguh, serta lebih dari segalanya, seseorang yang mau terus berjuang dan berkembang berkat semangat juang tinggi dan luapan kasih sayang dari dan ke orang-orang terdekatnya. (RVN)