IDCC Goes to Campus Hadir di UPI

Bandung, Kartunet.com — Aware, care, and share! Jargon IDCC ini tak henti-hentinya dikumandangkan oleh para penggiat IDCC (Indonesian Disable Care Community) tanggal 18 Mei 2013 berlokasi di Bookstore Lt.3 FIP UPI Bandung. Jargon ini pun mengiringi langkah kegiatan IDCC Goes to Campus di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Pada kesempatan ini, IDCC bekerja sama dengan Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Luar Biasa (HMJPLB_UPI) untuk membantu tim IDCC melakukan sosialiasi disabilitas di UPI. Para peserta yang hadir pun tak saja berasal dari mahasiswa PLB UPI, ada mahasiswa luar jurusan PLB  dan juga mahasiswa dari kampus lain.

Baca:  Lomba Cipta Karya dan Baca Puisi untuk Siswa Disabilitas di SLB dan Sekolah Inklusi dari Kemendikbud (Batas Waktu 21 Juni 2020)

Diawali dengan games perkenalan “Five Up”, para peserta dan panitia penyelenggara dibuat membaur satu sama lain, yang kemudian dilanjutkan dengan kata sambutan dari ketua HMJPLB-UPI, Rizal dan Bu Endang selaku Pembina IDCC. Kedua orang yang luar biasa ini berharap semoga kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar, sehingga pada akhirnya dapat terjadi kolaborasi untuk melakukan hal  bermanfaat bagi lingkungan sekitar, khususnya bagi disabilitas.

Kegiatan talkshow oleh narasumber yang menginspirasi adalah salah satu rangkaian kegiatan yang ditunggu-tunggu oleh peserta yang hadir dalam ruangan, yang kali ini menghadirkan Habibie Afsyah, Dimas P. Muharam, M IKhwan Toriqo, M. Priagung dan Isteri (Mbak Lela). Kelima narasumber ini berbagi kepada para peserta bagaimana perjalanan mereka selama ini sehingga mereka menjadi disabilitas, sekaligus apa yang membuat mereka tetap bersemangat menjadi orang-orang yang bermanfaat dan berprestasi walaupun memiliki ‘keterbatasan”.

Habibi (tunadaksa), adalah pemenang Danamon Award 2012 dan berkecimpung dengan dunia bisnis marketing online.

“Keluarga yang sangat support perkembangan perjalanan saya selama ini, dan mereka jugalah yang menggali potensi yang saya punya”

Dimas P. Muharam (tunanetra) adalah lulusan S1 Sastra Inggris UI dan Co-Founder Kartunet (komunitas pemberdayaan disabilitas di bidang media dan teknologi).

Masalah yang timbul selama perjalanan adalah kesulitan mencari sekolah yang mau menerima  ketika menempuh pendidikan SD. Keluarga, terutama orangtua berusaha kemana-mana untuk mencarikan sekolah, karena keinginan saya untuk bersekolah sangat besar. Pada akhirnya saya dapat bersekolah. Menurut saya, tanda orang yang masih hidup adalah ketika dia masih mau berikhtiar (berusaha) “.

M ikhwan Toriqo (tunanetra) selaku ketua Kartunet:

Hal yang menguatkan atau menginspirasi saya adalah keinginan atau cita-cita dari dalam diri kita sendiri, suatu tujuan yang jelas ingin dicapai membuat kita lebih bersemangat lagi.

Baca:  Taksi Khusus Disabilitas

Muhammad Priagung (tunarungu) yang selalu berprestasi dalam bidang pendidikan:

Biarlah keterbatasan tak bisa mendengar ini menjadi ladang surga nantinya,“ begitu disampaikan Mbak Lela sebagai penerjemah Agung dalam berkomunikasi sekaligus isteri yang selalu mendukung dengan tulus langkah suaminya.

Begitulah sedikit paparan yang memberikan semangat dan inspirasi bagi para peserta yang hadir. Sharing session yang dibawakan dengan sederhana, santai namun bermakna membuat para peserta antusias mendengarkan pengalaman dari para narasumber. Semangat, keyakinan, usaha dari diri sendiri dan dukungan dari keluarga menjadi kesuksesan mereka untuk terus berkarya dan bermanfaat bagi orang lain, begitu pesan yang dapat diambil dari sesi sharing ini.  Mereka juga berharap disabilitas dapat mendapatkan akses yang adil dan jangan menganggap mereka berbeda dengan yang lainnya.

Antusiasme para peserta juga dapat dilihat dari beberapa opini yang langsung disampaikan oleh para peserta. Salah satu mahasiswa PLB UPI, Hanifah mengungkapkan, “Jujur, pada awalnya saya kurang peduli dengan  dan takut dengan teman-teman disabilitas, tapi ternyata setelah mendengar sharing hari ini, saya merasa lebih nyaman dan (menyadari) mereka sama dengan kita. Saya bangga mereka punya potensi yang luar biasa, sehingga menginspirasi saya. Saya pun tertarik untuk bergabung dalam kegiatan IDCC.”

Selanjutnya, peserta yang hadir menggelar FGD (Forum group discussion) mengenai isu-isu disabilitas, permasalahan yang ada dan bagaimana solusinya. Diskusi ini kemudian berlanjut dengan pembuatan action plan yang dapat mereka lakukan sebagai langkah awal melaksanakan beberapa solusi yang telah dipaparkan. Terpilihlah salah satu koordinator yang akan intensif berkoordinasi dengan panitia IDCC atas projek yang akan mereka laksanakan dalam waktu 2 bulan.

Tak lupa, kegiatan ini juga dihadiri oleh dua orang sahabat dari PT. Artha Jasa, yaitu mas  Ivan dan mas Hendi sebagai salah satu pendukung kegiatan IDCC. Mereka berharap bahwa kegiatan ini terus dilanjutkan. Mereka percaya bahwa diabilitas dan non-disabilitas dapat bersatu menghasilkan sebuah karya luar biasa yang nantinya akan berdampak lebih luas lagi.

Baca:  Masih Khawatir Ikut Seleksi CPNS 2018? Ini Jaminan Pemerintah buat Formasi Disabilitas

Kegiatan pun ditutup dengan theme song IDCC yang dinyanyikan secara bersama.

Berjuang bersemangat kita yang paling kuat

mengejar mimpi-mimpi yang tak pernah mati

menggapai cita-cita kita luar biasa

berjuang.. kau dan aku bisa.

 

Kesan & Pesan panitia serta peserta untuk kegiatan IDCC:

 “Kegiatannya bagus dan tidak membosankan. Selama ini kami baru melakukan kegiatan di lingkungan intern saja, saya berharap kami bisa mengikuti jejak IDCC untuk melakukan kegiatan yang memberikan dampak lebih luas lagi, misalnya seminar disabilitas. Harapan saya untuk IDCC lanjutkan dan perlebar sayap lebih luas lagi, semoga bisa dibentuk IDCC cabang Bandung (Mila, 2013)”

“Kegiatannya menyenangkan dan bermanfaat, ternyata ada kelompok yang peduli dengan disabilitas, sehingga saya tertarik untuk gabung. Harapan saya disabilitas dapat terwadahi dan dapat diberikan akses yang adil. Saya  teringat akan kutipan dari Bapak Ciptono : Mereka bukan puntung rokok di tumpukan sampah, melainkan sebatang emas yang terbungkus oleh lumpur.” Dari sini, saya yakin, apabila mereka diberikan kesempatan, mereka dapat berkarya. Saya juga berharap agar sosialiasi yang dilakukan tidak hanya dilakukan di kampus saja, tapi juga di lingkungan masyarakat.” (Hanifah, 2013)

Editor: Muhammad Yesa Aravena

Bagikan artikel ini
IDCC Official
IDCC Official

Anggota Indonesia Disabled Care Community (IDCC)f

Articles: 3

Leave a Reply