Ferdi Story (2-15)

Ferdi sedang duduk di meja kelasnya mengerjakan pr biologinya yang belum selesai. Di kelasnya baru ada seorang siswi yang berjilbab, sedang membaca al-qur’an.
Tinggal dua nomor soal lagi yang sulit dia kerjakan dan dia terdorong untuk menanyakan jawabanya kepada siswi itu.
Dia berjalan mendekati meja siswi itu sambil berkata:”ann, liat dong pr biologi nomor dua sama lima, gue nggak ngerti!” tanpa dipersilahkan duduk, ferdi
Meletakan badannya dibangku kosong sebelah kanan siswi itu.
Siswi itu pun langsung membuka tasnya dan mencari buku pr-nya. Setelah ketemu, buku tersebut langsung diberikan kepada ferdi. Ferdi pun langsung mencari-cari
Jawabannya dan mulai asyik menyalin di meja tersebut.

###keterangan###
Ssiswi itu bernama siti nurhasanah, yang akrab dipanggil anna oleh teman-temannya. Sikapnya cukup baik, ramah, serta pandai memanfaatkan waktunya dengan
Hal-hal yang lebih berguna seperti apa yang dia lakukkan saat itu. ###keterangan selesai###

Beberapa saat kemudian, ferdi pun selesai menyalinnya.
“makasih yah ann!” kata ferdi sambil memberikan buku tersebut kepada anna. Dia langsung kembali kemejanya tanpa menunggu apa yang akan diucapkan anna kepadanya.

Ferdi langsung mengambil buku harry potter-nya yang baru dia beli, dari tasnya lalu dia pun membacanya.
“fer…, dari pada kamu baca buku itu, lebih baik kamu pelajari lagi jawaban yang udah kamu salin itu.” kata anna yang sedang berjalan melewati mejanya lalu
Keluar dari ruang kelas.
Sepertinya kata-katanya tidak masuk ketelinga ferdi, karena dia sudah tenggelam dalam cerita di buku tersebut.
Hingga akhirnya, terdengarlah ketukan pintu, “siapa?” tanya ferdi sambil mengalihkan pandangannya dari buku itu ke arah pintu.
Terlihatlah, sosok yang tidak asing lagi baginya.
“cari siapa in?” tanya ferdi kepada indri yang sudah berdiri di depan mejanya.
“fer…, ada rania nggak?” tanya indri balik.
“kayaknya belum dateng deh, ada apa yah?” tanya ferdi penasaran.
“gini, kan buku fisikaku dipinjam dia, besok aku ada ulangan. Tolong bilangin sama dia, suruh balikin buku itu paling lambat ya besok.”
“oh… gitu, ok deh nanti aku sampein.” kata ferdi dengan tersenyum.
“makasih yah fer! Kalau gitu aku ke kelas dulu. Jangan lupa yah fer bilangin sama dia!” indri pun langsung pergi meninggalkan ferdi tanpa menunggu jawaban
Dari ferdi.

Baca:  Langit Senja Bagian 4

5 menit setelah indri pergi, rania pun datang memasuki kelas.
Ferdi langsung menemuinya dan berkata:”ran, tadi indri bilang sama aku, kamu disuruh ngembaliin buku fisikanya paling lambat besok, dia mau ulangan katanya.”

“oh… gue bawa kok bukunya sekarang.” jawab rania dingin.
Entah dari mana fikiran itu muncul, tiba-tiba ferdi pun ingin mengantarkan buku yang dipinjam rania ke indri. Sehingga dia berkata:”bukunya mana ran? Biarin
Aku aja yang nganterin yah!”
“kan gue yang minjem, kenapa lo yang musti nganterin?” jawabnya curiga.
“nggak apa-apa, biar sekalian aja dianterin. Soalnya aku juga ada sedikit perlu sama dia.” jawab ferdi dengan nada tenang.
“oh… yaudeh, nih bukunya! Kalau nggak sampe ke indri, pokoknya lo yang gue salain.”. Buku itu pun diberikan ke ferdi.
“beres! Udah yah aku anterin buku ini dulu.” rani hanya mengangguk saja. Ferdi berjalan menuju kelas indri. Sesampainya di sana, ferdi mengetuk pintu kelas
Itu yang tertutup rapat karena kelasnya berac. Seorang siswi membukanya. “mau ketemu siapa?” tanya siswi itu sambil menunjuk wajah ferdi.
“ada indrinya nggak?” tanya ferdi sambil melempar senyumnya kepada siswi itu.
Siswi itu berkata sambil menunjuk arah meja dimana indri berada:”oh… masuk aja! Tuh mejanya.”
Setelah mengucapkan terimakasih kepada siswi itu, ferdi memasuki kelas itu lalu menemui indri.
“oh yah in, rania udah dating, dan ini bukunya! Karena dia lagi sibuk sekarang, akhirnya dia nitipin buku ini ke aku dan aku disuruh mengembalikkan buku
Ini ke kamu. Nggak apa-apakan kalau aku yang ngembaliin?” kata ferdi dengan nada yang dibuat-buat seperti ekting kalau lagi pdkt.
“hmmm… nggak apa-apa kok, yang penting bukuku bisa sampai lagi ke tanganku. Makasih yah kamu udah mau nganterin!” kata indri dengan tersenyum.
“sama-sama. Udah yah, aku ke kelas dulu. Dikit lagi bel sekolah berbunyi!” kata ferdi yang mulai gelisah takut ketahuan kalau dia sebenarnya yang ingin
Mengantarkan buku tersebut.
“oh yah silahkan!” jawabnya sambil sedikit tersenyum. Setelah dia memberikan buku itu ke indri, dia pun langsung pergi meninggalkan indri.
“alhamdulillah, alasanku berjalan dengan lancar.” batin ferdi. Setelah itu, tidak ada hal penting lagi pada hari tersebut. Semua berjalan seperti biasa.
*** hari berikutnya ***

Pagi hari di sekolah, udara masih terasa cukup sejuk. Langit tampak cerah, awan putih berarak-arakkan di langit biru. Seperti cerahnya hati ferdi yang sedang
Kasmaran dengan indri. Dia berdiri di depan ruang kepalah sekolah menunggu indri datang. Sesaat kemudian, terlihat indri yang baru memasuki gerbang sekolah
Dengan menaiki sebuah mobil sedan.
Ferdi terus memandangi mobil yang ingin parkir itu. Setelah mobil itu berhenti, indri turun dengan penampilan yang cukup cantik. Dia melihat ferdi yang
Sedang berdiri.
Sambil setengah berlari menghampiri ferdi, dia berkata:”kok sendirian aja fer?kamu nggak masuk ke kelas?”
Dengan nada malu-malu ferdi berkata:”belum, aku mau santai-santai dulu di sini. Lagian jam masuk masih sekitar 10 menit lagi.”
“oh yaudah, kalau gitu aku duluan yah!” kata indri yang ingin segera mengakhiri pembicaraan.
“oh silahkan. Nanti aku nyusul belakangan.” jawabnya sekedar basa basi yang sebenarnya dia nggak mau cepat-cepat indri meninggalkannya.
Indri pun berjalan meninggalkan ferdi. Setelah indri agak jauh dari ferdi, ferdi pun berjalan mengikuti indri. Dan akhirnya, ferdi berlari sambil berkata:”indri,
Tunggu bentar! Aku ada perlu bentar sama kamu.” indri menghentikan langkahnya sejenak dan menoleh ke arah ferdi.
Setelah ferdi berada di hadapan indri, dia pun kembali berkata:”gini, kan catatan matematikaku belom lengkap, dan pertemuan besok kelasku mau ulangan,
Dan semua catatan teman-temanku nggak bisa aku pinjam karena catatan mereka dipakai untuk mereka belajar. Kira-kira kamu bisa nggak minjamin catatan kamu
Ke aku? Bentar… aja. Nanti secepatnya aku kembalikan.”
Dengan nada lembut serta senyuman yang manis, indri berkata:”emangnya kenapa catatan kamu bisa nggak lengkap?”
Dengan nada mencari-cari alas an ferdi berkata:”karena… karena ya… kamu tahu kan gimana cowok itu? Aku males aja nyatet-nyatetnya waktu itu. Ya jadi gini
Deh.”
Dengan nada menasehati indri berkata:”mangkanya, lain kali jangan males nyatet lagi yah! Kan kamu juga yang kebingungan. Yaudah, boleh kok bentar yah!”
Indri pun menurunkan tas yang sedang disandangnya lalu membuka seleting tas itu sambil mencari buku catatannya. Dan setelah beberapa saat mencari, dia
Pun menemukannya dan buku itu langsung diberikan ke ferdi sambil berkata:”tolong titip bukuku yah!”
Dengan tersenyum ferdi berkata:”tentu, masa aku nggak bertanggung jawab sama buku kamu. Hehehe… makasih yah in! Oh yah, kayaknya bentar lagi masuk, bareng
Yah kekelasnya.”
“oh… yaudah yuk bareng!” jawab indri yang menerima tawaran ferdi.
Sambil berjalan, mereka tetap bercakap-cakap. Sepertinya mereka nggak memperdulikan beberapa pasang mata yang mengawasi mereka sambil meluncurkan ledekan-ledekan
Yang nggak jelas.
“indri, ngomong-ngomong, sltp kamu di mana?” tanya ferdi membuka topik.
“tanya gituan, tanya mah udah punya pacar apa belom! Hah…, kebasian loe fer!” celetuk salah satu siswa yang mendengar pertanyaan ferdi.
“hmmm ada dech.” jawab indri singkat.
“masa ada nama sekolah yang namanya ada dech. Aku nggak pernah denger tuh.” kata ferdi yang mencoba untuk membuat indri tertawa. Namun yang muncul hanya
Senyuman sekedarnya saja dari indri.
“di… purna bangsa.” jawab indri ramah.
“apa? Purna bangsa? Berarti kamu kenal dong dengan siti nurhasanah teman sekelasku. Diakan juga sekolah di sanah. Dan nama panggilannya anna.” kata ferdi
Yang sepertinya kurang bermanfaat bagi indri.
“siti nurhasanah? Kurang tahu yah, mungkin pernah kenal cuma aku lupa aja.” jawabnya sekedar menghormati.
“hmmmm… gitu.” kata ferdi dengan lembut.
“bom… bom… bom…! Sekolah kita dapet teror bom…!” teriakan beberapa siswa yang berlari-lari ke arah mereka.
Indri dan ferdi pun agak panik mendengar teriakkan-teriakkan itu. Muka indri pun mulai pucat karena takut kalau memang benar ada bom.
“tenang-tenang boss! Kita nggak akan ngebiarin loe dan cewek disamping loe mati sia-sia. Kami semua akan mengawal loe!” kata sala seorang siswa yang sudah
Berada tepat di kiri ferdi. Siswa yang lain pun berada di kanan indri dan yang lainnya lagi membuat barisan seperti pasukan pengawal presiden di sekitar
Ferdi dan indri.
“apa-apaan sih nih! Gue nggak perlu kalian kawal. Minggir-minggir-minggir semua! Sebaiknya kalau berita itu memang benar, sebaiknya kalian menyelamatkan
Diri masing-masing!” kata ferdi sambil mengusir para siswa yang sudah siap mengawal mereka.
Siswa-siswa itu pun satu persatu meninggalkan ferdi dan indri.
Terlihatlah puluhan balon yang sudah tertiup, menggantung rendah dengan seutas tali.
Ketika mereka sudah berjarak sekitar dua meter dari balon tersebut, sekonyong-konyong, dari arah belakang, kurang-lebih sepuluh sampai lima belas siswa
Berlari ke arah balon tersebut.
“satu…, dua…, tiga…!!!” terdengar rentetan ledakan yang dihasilkan dari balon yang dipecahkan oleh para siswa iseng tersebut. Letusan balon itu cukup memekakan
Telinga dan membuat indri berteriak-teriak sehingga mukanya semakin pucat karena kaget dan nyaris pinsan.
Ferdi pun menenangkannya dengan memeluk indri tanpa mempedulikan sebua kamera hand phone yang telah siap-siap memotret momen yang berharga ini. Setelah
Berhasil menenangkannya, ferdi baru menyadari, ketika para siswa menyanyikan lagu:”bilang saja bila kau mau, bilang saja bilah kau suka, katakan, sejujurnya,
Kepada dirinya.” nyanyian itu pun dinyanyikan sekeras-kerasnya sehingga bel tanda pelajaran dimulai pun hampir tidak terdengar.
Sepontan seluruh siswa langsung berlarian ketika ferdi mulai memaki-maki mereka dan sumpah serapah serta ancaman tak berguna terucapkan.
Dengan kondisi seperti ini, ferdi harus mengantarkan indri sampai ke kelasnya, karena tubuhnya masih bergemetaran dan kakinya masih lemas karena kaget.

Baca:  Ferdi Story (5-15)

Setelah ferdi sampai di kelasnya indri, beberapa siswa/siswi berbaris di depan pintu kelas sambil menyalami tangan indri dan beberapa dari mereka mengucapkan
Kata:”selamat yah!”
Ferdi hanya berdiri termenung menyaksikan itu semua. Hingga akhirnya, seseorang menepuk pundaknya dan berkata:”hei, loe nggak ikut ngucapin selamat sama
Dia?”
“se-selamat apaan yah?” tanya ferdi balik.
“huh…, dasar, indri ulang tahun hari ini tau! Gimana sech?”
Jawab siswa itu yang ternyata dia adalah teman sekelasnya indri.
Ferdi baru menyadarinya dan dia langsung menyalami tangan indri dan mengucapkan selamat ulang tahun.
“sorry yah fer, in, momen ini gue yang jadi dalangnya. Gue hanya pengen membuat ultah loe menjadi seruuuuuu… Huhuhuhu.” kata seorang siswi yang berada
Di sebelah indri. Memang, siswi itu cukup tomboy orangnya, badungnya lebih-lebih dari cowok sekali pun. Dia teman sekelasnya indri juga. Pernah waktu bulan
Puasa, dia memasang petasan di dalam kelas yang membuatnya harus diskors selama tiga hari.
Dan pernah juga dia memacahkan hiasan kramik yang tertempel di dinding dengan lemparan tanah liat yang membuat dia harus mengecet ulang dinding tersebut
Dan menggantikan hiasan kramiknya. Tapi, walau pun dia sering keluar masuk ruang bk karena pelanggaran-pelanggaran yang dia buat, tidak membuatnya dia
Menjadi jera. Mungkin pintu hidayah untuk bertobat, belum terbuka untuknya.

Bagikan artikel ini
Wijaya
Wijaya

Saya adalah orang yang hobinya membaca dan menulis.

Articles: 23

Leave a Reply