berlari. Gedebuk, gompyang, kendi yang terbuat dari plastik pun bergelimpangan. Saat menoleh ke samping, mukanya tersenyum yang membuatku jadi malah terbangun dan menjatuhkan yang lain karena kikuk menahan malu dan…..
“Sudah….sana, biarin saja abdi yang bereskan, yang mulia pergilah untuk mempersiapkan pesta pernikahan kita, sayang, muach” teriaknya dari kejauhan yang ternyata sudah berlari cukup jauh sambil menutup muka dengan kedua tangannya. “Huh, Huahahahah, hihhihihihi, ups” sambil berjalan kea rah ruangan yang ada di sebelah dan hamper tersandung lagi.
Tingit ke ruangan Hulu Balang “Hulu Ket, aku ingin menikah, tolong siapkan surat dan burung hantu serta semua yang diperlukan, Tingit ingin dengan mengundang semua Kerajaan bisa mengumpulkan kami semua, terutama yang sudah mendapatkan tahtanya, kangen brooo….” Sambil mencengram pundak Hulu, Hulu terlonjak “Astaga Putri Seok, eh Ratuku, kenapa malah kemari, harusnya….”, “Hoi!Aturan jadul dipakai, cape de, lupa ya! Kamu mau saya penggal?”. Sontak Hulu menggelengkan kepala dan menggerak gelayut manja “Ratu, galak banget ciii, nanti tua looo, iya..iya….aku ke Hilir Mu dulu ya….”.
Hulu dan aku sama-sama keluar pintu berbarengan, namun saat di persimpangan, kami pisah ranjang, eh pisah jalur bro, aku ke kiri, dia ke kanan, rutenya para lelaki, karena aku menuju tempatku yang isinya perempuan semua, kecuali yayangku, hehe.
Hari pernikahan pun tiba, dijatuh bangunkan pada hari Jetry yakni seminggu sebelum perayaan Suci bagi umat Jehd dan Sown yang sengaja saya jatuhkan pada hari yang sama biar pengeluaran perayaan sedikit serta menghindari keributan hanya karena pesta dengan secuil perbedaan yang selangnya cuma sehari. Mereka adalah suku pendatang dan aliran baru yang datang dari pendatang yang entahlah bro datang sejak kapan, namun tetap terlindungi dnegan diberlakukan sama seperti yang lainnya dan mereka semua, termasuk semua Kerajaan menampilkan semua upeti yang mereka persembahkan berupa musik, tarian, hasil buminya kepada kami sebagai ucapan terimakasih karena Tingit telah banyak membantu mereka.
Namun, tiba-tiba, enam orang pengawal masuk dengan tergesa-gesa “Yang mulia Tingit, ada kabar burung yang semakin hot layaknya kendi yang panas seperti api, menjalar begitu saja, kejadian …..”, dan sayapun menutup rapat mulut sedalam-dalamnya sambil menekan lima jari di depannya sebagai isyarat mereka menutup mulutnya dan keluar dari ruangan.
Banyak tamu yang bertanya “Benar kah sesuatu itu? Kabar yang sudah lama beredar” dan dengan sigap Tingit mengalihkan topik “Kaw, kawanku semua, karena masih banyak butuh ide-ide segar dan terus ngga habis-habis dalam merevisi kerajaan yang menjadi peer bersama, dan ini dibantu oleh para prajurit Nij yang udah dapat izin dari Rajanya, tolong aku dooong”.
“Oke, kamu minta apa?” serempak para tamu undangan perniakahan pun menjawab, “Waaaah, kompaknyaaaa….tunggu deh tanggal mainnya, Tingit janji, akan berusaha untuk