Tiba-tiba suasana semakin lama semakin suram, para gagak beterbangan mengelilingi Kerajaan Bumi yang terlihat dari Kerajaan Sih dan mereka berkeruwak “Aaak, aaak”, burung hitam yang di lambangkan sebagai simbol kematian. Ini membuat Tingit menelan ludah “glek, glek”.
Sang rembulan pun berubah wujud menjadi kepala Jack yang diyakini sebagai lambang hantu atau para Nij sedang berpesta pora, dan benar, sejenak setelah itu, sorak sorai mereka menggema “Hi…hi…hi…hi….”, “Hu…..hu……”, “Hiks….hiks….huuuu…..”, “Tuing-tuing” “ Dung-dung”. Tingit pun menoleh ke rombongan yang berpakaian santai “Buset, ramai amat ya bro” dan disahut secara bersamaan seperti teriakan prajurit yang diminta berbaris di Istana Bumi “Yoi daaaah”.
Tiba-tiba ada suara lain. Suaranya itu….. Seperti gemerisik pepohonan “Broooo! Buset! Ada sesuatu!”, Saya pun reflek terbang dengan Naga yang tiba-tiba muncul di depan saya, karena saya penasaran dan panik.
Namun, saat disana, saya malah kebingungan, menoleh ke kanan dan ke kiri sambil jumpalitan dan terjun bebas ke Kerajaan Sih, “Syuut, gedebuk”, “Aduuuuh…..”, sontak saya terlonjak sambil berkata berbisik “Eh, Bro, Sapa Nie?”, “Kenalin nama Hamba adalah Esfre, abdi datang karena sesuatu”, karena penasaran, sayapun berduaan dengan doi untuk mendengarkan tulisan yang ia kisahkan yang kerennya ia karang sendiri loh bro dan saya tulis di perkamen khusus yang dibundel.
Mau tahu bro apa ceritanya? Kepo? Begini bro “Bagai pembagian di lepas dari ni, no minyalnya keren sekali ni, to kohnya pada brangkrut ni, ne langsasaran negok ke samping ni, ngoceh lagi Raja dan Ratu pada berebut gedebum ni, go sok makin gila yuks, ro tanahilang makin cehat ni, pupus sudah mimpi bow bow cah gendeng yang menangis tersedu sedu dengan bersuara “Kokok petok nan riuhnya memanggil da rasanya manus, menerobos perbatasan kayak meleleh caramel di atas tungku yang dingin, mengirim burung malah saya manah sendiri karena lapeer saat berjalan kaki sepanjang 700.000 kilo hektar”.
Oh iya, omong di bicarakan, Esfre merupakan seorang laki-laki yang gendut, matanya yang sipit dan berwarna merah delima, rambutnya ikal seperti mi, dan ia adalah seorang penjual batu kerikil yang cadel dan latah dengan menggunakan topi hitam berbentuk di atasnya dengan diikat dengan tali raffia di atas yang terbuat dari tisu.
Setelah semua kelar dan mendengar dongeng yang didendangkan selama 0,25 x dari waktu Kerajaan Sih, maka Tingit pun berjanji memberikan sesuatu setelah membantu mengurus perizinan di kerajaan Bumi setelah mendengar cerita bahwa semua penduduk panik ketakutan saat Kerajaan Putih Su tiba-tiba menjadi hijau daun yang ternyata sudah terjadi selama beberapa Abad, karena saking asyiknya bro main di kerajaan lain.