Kebutuhan tuna netra Muslim terhadap Al Qur’an braille belum memadai, “Sekarang yang dicetak memang masih terbatas” ujar Dirjen Bimas Islam Kemenag Abdul Djamil pada hari kamis 5/12/2013.
Menurutnya, jumlah tersebut kurang sebanding dengan jumlah tuna netra yang memerlukan Al Qur’an braille, ia menyatakan ini saat meluncurkannya dengan terjemahan 30 juz serta ekspos produk Badan Litbang dan Diklat Kemenag.
Hal ini dikarenakan pemerintah baru menyelesaikan ini pada pertengahan tahun 2013 lalu. Tahun sebelumnya, mereka baru menuntaskan 15 juz 1 dan terjemahannya.
2 tahun lalu, juz ‘amma telah bisa dibaca dengan mudah oleh para tuna netra.
kepala badan Litbang dan Diklat Kemenag Machasin menambahkan bahwa ini masih sangat terbatas pada panti dan yayasan tuna netra di luar yayasan akses, ini belum tersedia.
Ini adalah hasil pengembangan pemerintah yang dibantu oleh Yayasan Penyantun Wiyata Guna di Bandung. Kepala yayasan yang bernama Ayi Ahmad Hidayat juga mengungkapkan bahwa hal ini memanglah masih kurang. “Selama ini , total Al Quran yang telah di produksi hanya sekitar 10.000 unit.” Kata Ayi.
Sedangkan, jumlah penyandang tuna netra Muslim ada sekitar 2 juta orang di tanah air. Ayi berharap dalam waktu dekat pemerintah dapat segera merealisasikan rencananya yakni mencetak Al Quran braille, soalnya kualitasnya lebih baik dan mudah untuk dipelajari.
Daftar Pustaka :
Republika Khazanah halaman 25 yang terbit pada Jumat, 6 Desember 2013.
Catatan :
Semoga Al Qur’an braille bisa menjangkau semua kalangan dan dapat didistribusikan kemana-mana serta menjangkau toko-toko buku umum, amin.