Di sebuah perkampungan, ada seorang pemuda yang terkenal, namun bukan terkenal karena kelebihannya, tetapi karena kekurangannya.. Namanya Agis, tapi orang-orang memanggilnya dengan Agis Gagap, karena kelainan berbicaranya yang sejak lahir. Memang hampir mirip dengan pelawak Ajiz Gagap, namun Bang Agis ini bukanlah pelawak, dan juga tidak memiliki harta yang banyak. Dia terlahir dari keluarga yang sederhana, bahkan dia harus mencari hutang kesana kemari demi memenuhi kebutuhan keluarga.
Kasihan Bang Agis, perjalanan cintanya tidak semulus jidatnya yang selalu tampak licin. Tampangnya yang menawan dan perawakannya yang gagah, selalu menarik perhatian wanita yang melihatnya. Namun setiap kali akan menikah, selalu saja gagal dikarenakan si wanita tersebut tidak tahu kalau bang Agis Gagap adalah seorang yang gagap. Kemarin, Romlah, wanita ke sepuluh yang terpikat dengan Bang Agis, juga batal nikah, malah si Romlah, pingsan ketika tahu bahwa Bang Agis menderita penyakit gagap. Bang Agis Gagap pun lagi-lagi gagal nikah.
Suatu hari, Bang Agis bertekad bulat untuk mencari pekerjaan demi memenuhi kebutuhan keluarga, terutama adik-adiknya yang berjumlah lima anak. Pertama, dia melamar pekerjaan menjadi security di restoran tradisional alias penjaga warung tegal. Namun baru bekerja selama satu hari sudah dipecat. Hal ini dikarenakan keluhan pelanggan karena pelayanannya yang kurang cekatan, bayangkan, bicara saja gagap apalagi saat tanya mau pesan apa kepada pelanggan, pasti bisa-bisa kesal pelanggan yang lain karena belum dilayani.
Tak mau putus asa, Bang Agis, mencoba melamar pekerjaan ditempat lain. Setelah menjadi penjaga warung tegal, kini dia melamar menjadi penjaga toko emas, namun dewi fortuna belum berpihak kepadanya, baru dua hari bekerja, dia sudah menganggur lagi. Bukan karena penyakit gagapnya sehingga dipecat, tapi karena toko emas tersebut dirampok oleh segerombolan perampok, sehingga toko tersebut jadi gulung tikar.
Lalu suatu ketika datang Mas Dodi, tetangga Bang Agis, menawarkan Bang Agis pekerjaan menjadi supir pribadi. Beruntung dulu Bang Agis pernah jadi supir bajaj, meskipun hanya lima hari jadi supir bajaj, dikarenakan bajajnya ringsek masuk ke dalam sungai. Tapi itu bisa jadi modal untuk menjadi supir pribadi. Keesokan harinya, Mas Dodi mengantar Bang Agis ke rumah majikannya yang sedang mencari supir pribadi.
“Jadi ini ya Dod yang mau jadi supir?” tanya majikan Dodi.
“Iya Bu.” jawab Dodi.
Bang Agis pun hanya memberikan senyuman kepada majikannya. Kemudian keluarlah anak majikan tersebut memakai seragam sekolah.
“Rina, ini supir baru yang akan mengantar dan menjemput kamu ke sekolah. Ayo beri salam!” kata sang Mama kepada anaknya.
“Se..se..se..la..la..ma..t pa..pa..gi… na..na…ma..ku Ri..ri..ri..na..” tutur sang gadis cilik yang baru menginjak kelas dua SD.
Dengan semangat Bang Agis menjawab, “Se..se..se..la..la..ma..t pa..pa..gi ju..ju..ga na…na…ma..ku A..a..a..gi..gi..s.”
Seketika itu, muka sang majikan berubah. Karena orang tua Rina merasa anaknya diejek, mereka pun marah.
“Hei kamu, maksud kamu apa? Mau mengejek anak saya? Baru saja diangkat jadi supir, sudah berani menghina anak saya. Keluar kamu dari rumah saya. Saya tidak terima anak saya dibegitukan.” Ujar sang Ayah dengan nada marah.
Dalam hati, Mas Dodi berkata, “Aduh, maafkan saya Bang, saya lupa kasih tahu kalau anak majikan saya juga gagap seperti Abang.”
Gagal lagi gagal lagi, begitulah kira-kira kata-kata dalam hati Bang agis. Nasibnya selalu tidak mujur. Tapi dia tidak mau putus asa, karena bukan Bang Agis namanya kalau dia putus asa. Semangat Bang!
Penulis: Bahtiar Rah Adi
Penulis lahir 18 tahun lalu di Kota Pasuruan, kini berdomisili di kota kelahirannya.