Seseorang mengetuk pintu dan membuyarkan lamunanku. Aku menghela nafas. Tolong jangan Dania lagi, batinku. Kalau sampai Dania yang mengetuk, akan kubiarkan ia di depan pintu sampai ia bosan dan memutuskan pulang ke rumah, aku sudah cukup dipusingkan olehnya.
“ Siapa?,” aku bertanya ragu,
“ Radit, kak” Radit menyahut dari balik pintu, aku menghela nafas lega, beranjak bangun dan meraba dinding menuju pintu untuk mempersilahkan adikku masuk.
Kami dua bersaudara dengan umur yang tidak terpaut terlalu jauh. Tahun lalu Radit masuk SMA dan memutuskan bersekolah di lua kota, jauh dari Ibu, Ayah dan aku. Katanya ia ingin mandiri, mengurus hidupnya sendiri. Seminggu sekali ia akan pulang mengunjungi kami dan kembali keesokan harinya. Hari ini mungkin Radit tiba ketika aku sedang tak di rumah.
“ Kata Ibu akhir-akhir ini temen perempuan kakak ada yang main, ya? Kakak udah berminat punya pacar lagi?” Radit bertanya santai, duduk di sampingku, terasa dari tekanan yang tiba-tiba bertambah ketika ia datang.
“ Ibu cerita Dania?” aku balik bertanya.
“ Oh namanya Dania ya, mirip tetangga kita dulu ya namanya”
“ Kita pernah punya tetangga namanya dania, Dit?”
“ Pernah. Kakak lupa? Itu loh anak perempuan yang suka sama kakak, ngikutin kakak kemana-mana, trus manggil kakak akevin. Kakak juga punya nama panggilan buat dia, apa yaa..”
“Dia manggil aku kevin?” beberapa kilasan masa lalu terbersit di kepalaku, kilasan tersebut membuka titik terang misteri kehadiran Dania. Mungkinkah Dania tetangga lama ku sama dengan Dania yang mengganggu ku akhir-akhir ini?
“Dania pindah ke luar negri ikut keluarganya waktu kita SD kak. Kakak belom inget juga?”
Aku tiba-tiba teringat cincin yang daritadi ku pusingkan, aku meraba dalam kantong tas ku,
“ Coba deh liat, Dit. Ini tulisannya apa?” Radit mengambil cincin dari telapak tanganku.
“ Oh ini, tulisan di dalemnya ‘DK’. Hahaha, jangan-jangan Dania-Kevin ya? Jadi kakak udah jadian? Kok dia ikutan manggil kakak kevin sih?”
Aku tidak pernah merasa memiliki cincin dengan insial DK terukir di dalamnya, apa Dania diam-diam memasukkannya ke tas ku setelah ia menunjukkannya padaku. Semua hal ini semakin membingungkan.
“ Sorry” sebuah suara dari arah pintu mengagetkanku, tampaknya Radit juga terkejut.
“Pintunya gag di tutup dan yaa, aku denger omongan kalian” Dania, itu suara Dania.
“ Kak Dania ya? Pacar kakak?” Radit mulai bertingkah sok tahu.
“ Hai Radit, udah besar ya sekarang..” Dania menggantungkan kalimatnya.
Aku menduga Dania mengenal Radit sejak dulu, dulu sekali. Aku mengerti sekarang kenapa kehadiran Dania terasa familiar, sepertinya kami ada di pusaran kenangan yang sama, karena Dania yang ini adalah Dania yang pernah ku kenal.
“Kakak kenal aku?” Radit bertanya heran pada Dania.
“ Cuneng..” aku kaget dengan kata yang keluar dari mulutku sendiri.
“ Nah, itu dia nama panggilan kakak buat Dania tetangga kita dulu!” Radit berseru mengagetkan, seakan-akan rasa penasarannya terjawab sudah.
“ Akhirnya kamu inget sama aku juga, Arga. Aku sampe sini beberapa minggu lalu. Aku baru tahu kalau kondisi kamu sekarang begini..” Dania lagi-lagi menggantungkan kalimatnya, ia seperti mengumpulkan tenaga untuk melanjutkan ucapannya. Aku hampir saja meledak muak, seseorang mengerjaiku, berhari-hari membuatku bingung dan seakan-akan ia mempecundangiku yang kini tak bisa melihat.
“ Bukan maksud aku ngerjain kamu kayak gini, tadinya gag.. aku cuman kecewa kamu gag ngenalin aku, padahal cuma aku yang panggil kamu Kevin dari kita kecil dulu. Kamu juga banyak berubah..” Radit mungkin dapat jelas melihat ekspresi Dania yang penuh rasa bersalah, sedangkan aku mendengar penyesalan itu dari nada suaranya.
“ Hem, aku gag ngerti ini ada apa. Aku tinggal kakak sama kak Dania buat ngomongin berdua ya” Radit bersiap beranjak dari duduknya.
“ Jangan, disini aja temenin kakak” kataku menahan Radit, aku enggan ditinggal hanya berdua hanya dengan Dania.
“Maaf Arga, aku cuman mau bercanda. Mau buat seru pertemuan kita lagi..”
“ Tapi gag gitu juga, Dania. Kamu mengerjai aku yang bahkan gag bisa lihat kamu. Kalo buat kamu ini lelucon ini akan lucu sekali buat kamu, tapi ini gag lucu sama sekali buat aku” aku menjawab ketus Dania, ekspresiku pasti sudah suram sekali, aku bahkan saat ini tak bisa mendeskripsikan apa perasaan yang bergejolak dalam hatiku. Aku kesal dijadikan lelucon, marah dan malu karena mungkin aku ditertawakan dibelakang.
“ Iyah, aku salah Arga. Maaf ya.. tapi aku cerita yang aku ceritain ke kamu adalah harapan aku selama ini Arga, dari kecil aku suka sama kamu, tapi kamu cuma anggap aku lucu-lucuan. Waktu aku kesini pertama kali, Ibu kamu keliatannya senang banget, katanya Arga gag pernah bawa temannya main ke rumah lagi, Arga sekarang pendiam, banyak kesal dan marah. Meskipun memang perbuatan aku gag bisa dibenarkan..”
“ Pernah tahu rasanya dijadiin lelucon?” suaraku makin terdengar ketus, memotong kata-kata Dania dengan cepat. Karena dia, Dania tetanggaku dulu, jelas saja ia tahu semuanya tentang aku. Taman tempat aku bermain, minuman kesukaanku, argh ini keterlaluan..
“ Aku pikir nanti kalo kamu tahu semua ini karangan aku aja, kita bisa ngetawain sama-sama, maksud aku kamu tau ini Cuma seru-seruan aja. Tapi aku salah, bercandaan ini keterlaluan, dan aku minta maaf ya Arga. Aku yang masukin cincin itu ke tas kamu, aku buat itu buat kamu. Aku selalu suka kamu dan berharap bisa sama kamu..”
“ Tapi aku buta, dan kamu menjadikan aku sekedar lelucon. Sebaiknya kamu pikir-pikir lagi” aku kembali memotong dengan ketus, seseorang memegang bahuku, menenangkan aku yang terdengar semakin emosi.
“ Gag, gag. Buat aku kamu selalu sama Arga. Arga yang dulu biasa liat sama yang hari ini sama. Aku gag pernah berpikir berhenti suka kamu”
“ Dania, kamu bisa pulang sekarang.” Aku muak sekali mendengar penejelasannya, kalau ia benar menyukaiku, ia seharusnya membantuku memahami diriku yang sekarang bukannya malah mengerjaiku, menjadikan aku lelucon.
“ Arga aku minta maaf sekali, aku tau aku keterlaluan” Dania terisak, aku jelas tak peduli.
“ Kak, Kak Dania udah pulang” Radit berkata setelah ia kembali dari mengantar Dania ke depan rumah.
Aku merebahkan diriku di kasur, meredakan perasaan yang bergejolak dalam hatiku. Tiba-tiba Radit berseru mengagetkan,
“ Wah!”
“ Kenapa?” tanyaku bingung.
“ Screen Reader kakak rusak ya?. Ini ada banyak SMS yang belum dibaca dari beberapa hari yang lalu” tampaknya Radit mengotak-ngatik telepon genggamku.
“ Iya, aku memang nungguin kamu supaya bisa liatin itu kenapa”
“ Ada SMS dari kak Dania, Kak. Belum dibuka pesannya. Mungkin SMS-nya masuk waktu Screen reader kakak rusak ya”
“ Oya? Paling juga isi SMS-nya bohong” kataku kesal.
“ Hem, kayaknya gag kok. Isinya gini, ‘Hai, Arga yang kupanggil Kevin. Lama gag ketemu. Aku si Cuneng fans berat kamu. Bales SMS aku ya klo kamu masih inget aku. Let’s meet up. ASAP!’. Kayaknya dia beneran gag rencana ngerjain kakak..”
***
From: Dania@webstar.com
Halo Arga, aku cuma mau bilang sampai jumpa lagi. Aku mau balik lagi ke tempat orangtuaku yang masih disana. Aku tau kesalahan aku sama kamu besar sekali. Aku juga paham kalau kamu masih marah sampai saat ini.
Tapi harus selalu kamu tahu aku tetap fans berat kamu, meskipun lelucon aku gag lucu dan membuat kamu seakan-akan amnesia atau bahkan memberikan kemungkinan kamu punya saudara kembar bernama Kevin, hehe.
Buat aku kamu yang bisa melihat atau tidak tetap Arga yang sama. Arga yang sama yang aku suka dan aku kagumi. Meskipun kamu mungkin gag suka aku karena selera humorku yang parah ini, atau kata Radit, buatmu sekarang segalanya rumit jadi kamu berhenti jatuh cinta. Tapi aku fans beratmu, Arga! Dan aku minta maaf untuk lelucon tak lucu itu..
Hidup yang baik, berhenti marah-marah, banyak tertawa seperti Arga yang dulu.
Fans beratmu,
Dania.
From: Arga_KaVe@superb.com
Halo juga, Dania. Sebenarnya kamu membuat aku banyak berpikir. Aku memang jadi terlalu serius, cepat marah dan tak nyaman. Radit dan Ibu juga bilang seperti yang kamu bilang. Kapan-kapan kalau kamu pulang kamu boleh main tapi jangan kerjai aku lagi, sampai saat ini aku tak menganggap leluconmu lucu. Tapi sedikit banyak aku memutuskan memaafkanmu,
Iya, jatuh cinta memang sesuautu yang jadi rumit sekali buatku saat ini. Tak menutup kemungkinan suatu saat nanti mungkin saja aku akan jatuh cinta tapi bukan karena kecantikan fisiknya, karena toh tak terlihat untukku.
Aku mungkin saja sekarang sudah memaafkanmu, tapi leluconmu tetap tak lucu bagiku.
Arga.
Penulis: Putri Istiqomah Priyatna
Penulis merupakan redaktur cerpen dan cerbung kartunet. lahir 21 tahun yang lalu di Tangerang. berdomisili di Depok. menyenangi dunia tulis menulis dan menyukai segala sesuatu yang bisa dibuat dengan tangan.