Makassar — menindak lanjuti hasil pertemuan mahasiswa tunanetra se Indonesia, sekelompok mahasiswa dan pelajar sekota makassar mengadakan pertemuan pada minggu, 23 november 2014. pertemuan ini berlangsung di sekertariat dewan pengurus daerah persatuan tunanetra Indonesia (PERTUNI SUL-SEL).
Pertemuan yang difasilitasi oleh dpd pertuni sul-sel itu dihadiri oleh 9 orang mahasiswa tunanetra yang saat ini sedang menempuh pendidikan di beberapa universitas di makassar. Selain mahasiswa, pertemuan ini juga dihadiri oleh 6orang pelajar tunanetra yang masih duduk di bangku smp/sma, serta 2 orang aktifis tunanetra yang sangat peduli dalam terciptanya pendidikan yang inklusif di makassar.
Pertemuan ini diawali dengan pengantar singkat dari dpd pertuni sul-sel yang disampaikan langsung oleh muhammad Arifin (ketua dpd pertuni sul-sel saat ini). Setelah itu, dilanjutkan oleh presentasi dari Syarif, mahasiswa Universitas Negeri Makassar yang bulan oktober lalu menjadi delegasi sulawesi selatan dalam pertemuan mahasiswa tunanetra se indonesia di Jakarta. Dalam sesi ini, Syarif mempresentasikan hasil pertemuan yang telah ia ikuti tersebut selama kurang lebih sepuluh menit.
Usai mendengarkan pemaparan dari Syarif, pertemuan dilanjutkan dengan pembentukan asosiasi ataupun komunitas mahasiswa sulawesi selatan. Semua peserta dalam pertemuan ini sepakat untuk membuat sebuah asosiasi mahasiswa yang nantinya akan memperjuangkan terciptanya pendidikan yang aksesibel untuk tunanetra kususnya di sulawesi selatan. Asosiasi yang terbentuk tersebut diberi nama “ASMAHNET SUL-SEL (ASOSIASI MAHASISWA TUNANETRA SULAWESI SELATAN)”. Setelah nama asosiasi, selanjutnya pertemuan dilanjutkan dengan pemilihan kordinator dan model struktur kepengurusan asosiasi. Ada 3 nama yang menjadi pertimbangan peserta untuk di tunjuk sebagai kordinator. Mereka adalah Idrus, Muhammad Fadli Ismail, dan Ramadhan Sarro (ketiganya merupakan mahasiswa yang saat ini berkuliah di universitas negeri makassar). Akhirnya peserta sepakat dan menunjuk Nur Syarif Ramadhan sebagai kordinator, Muhammad Fadli sebagai wakil kordinator, dan Risya Reski Nurul Qur’ani (Mahasiswi Universitas Hasanuddin) sebagai sekertaris.
a. Usai pembentukan struktur asosiasi, selanjutnya pertemuan dilanjutkan dengan pembahasan action plan (Program Kerja) yang akan komunitas ini kerjakan kedepannya. Beberapa hal yang menjadi program utama adalah:
a. Mengkampanyekan pendidikan yang aksesibel bagi penyandang disabilitas lewat berbagi media seperti radio dan internet.
b. Mengupayakan hadirnya pusat layanan disabilitas di setiap universitas di makassar.
c. Berkoordinasi dengan petinggi di setiap universitas di makassar agar lokasi kampus bisa lebih aksessibel bagi mahasiswa penyandang disabilitas.
d. Membuat focus grup diskusi bagi pelajar smp dan sma tunanetra makassar sebagai wadah persiapan menuju ke perguruan tinggi.
Kedepannya, setiap kegiatan yang akan dilakukan oleh komunitas ASMAHNET, akan di dukung oleh pertuni. Karna komunitas ini sendiri terbentuk lewat dorongan dan motivasi dari dpp pertuni Jakarta dan dpd pertuni sulawesi selatan.
Diharapkan, dengan hadirnya asosiasi ini, beberapa permasalahan yang sering dihadapi oleh para mahasiswa disabilitas dapat terpecahkan.
Dengan lahirnya ASMAHNET sul-sel, maka di Indonesia saat ini sudah ada dua provinsi yang telah memiliki asosiasi mahasiswa tunanetra. Sebelumnya, pada 2013, mahasiswa tunanetra di provinsi DKI Jakarta telah terlebih dahulu mendirikan sebuah asosiasi yang serupa dengan sul-sel yang bernama komunitas Garuda Nusantara. Semoga kedua komunitas yang telah terbentuk ini bisa menjadi percontohan bagi daerah lain untuk segera melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan oleh mahasiswa tunanetra DKI Jakarta dan Sulawesi Selatan.
Susul Jakarta, Mahasiswa Tunanetra Makassar Kini Juga Punya Komunitas
One comment
Leave a Reply
Anda harus masuk untuk berkomentar.
wow, selamat ya. maju terus 🙂