Di kala mentari menyinari alam semesta
Sosok wanita tua renta selalu membelaiku
Wanita itu selalu menyinari hari-hariku yang kelam
Bagiku ia bagaikan sang surya yang selalu menjadi tonggak kehidupan ini
Saat itu aku malu, malu untuk menatap dunia
Ketika dunia menertawakan keterbatasanku
Ketika dunia mengejek kemampuan yang ku miliki
Di saat itulah wanita itu memeluk hatiku dan menguatkan tekadku
Aku berusaha tak mengindahkan pekikan-pekikan itu
Berusaha untuk membangkitkan hari-hariku yang selalu kelam
Berusaha untuk menggapai mimpi-mimpiku yang mungkin sulit untuk ku raih
Ah, tapi apa guna ku sesali aku yakin dengan cinta aku mampu meraih itu semua
Ketika sang surya malu untuk menampakkan wajahnya
Ketika rembulan tersenyum bangga di hadapan alam semesta
Wanita itu merunduk dengan khusyuknya seraya berkata,
“Ya Allah kuatkan aku dan putriku, jadikan ia sebagai penyejuk dunia dan pembangun bangsa Indonesia”.
Meskipun warna-warni keteduhan itu tak nampak di mataku
Namun, aku bisa merasakan cinta yang begitu besar untuk diriku
Cinta yang begitu ikhlas ia persembahkan untuk diriku
Di saat itu, butiran-butiran air membasahi pipiku
Aku semakin kuat dan yakin dengan tekadku
Aku harus berusaha, Aku tak ingin wanita itu menangis
Aku tak ingin hari-harinya dihabiskan tanpa hasil yang indah
Aku ingin membuatnya bangga
Ayah…
Maafkan aku yang selama ini membuat bunda menangis
Aku janji, aku akan membuat kalian bangga
Aku akan menjadi penyejuk dunia, meski dunia selalu menghujamku
Aku akan tetap berusaha, meski aku tak mampu melihat indahnya alam semesta
Bunda…
Kau berhasil bunda, cintamulah yang menguatkanku
Mimpi-mimpiku satu persatu ku raih
Namun, saat ini kau telah tenang di istanamu sendiri
Pergi…pergi untuk menjemput ayah
Bunda meski kau pergi jauh, namun cintamu takkan pernah pergi dari hatiku
Dan nasihatmu akan selalu ku ingat dalam pikiranku
Walaupun, sampai saat ini aku tak pernah bisa melihat kecantikan dirimu.