“Buat dilaporin ke Istana Tabib, dan aku ingin sekeping emas dari mereka untuk hidup dan mengambil perkamen Hijash, terus hasilnya gimana? Sudah di periksa oleh juru Istana?” “Belum, pergi luh sana, hush, dasar orang gila, mau mengudeta Kerajaan Bumi ya….”. Buset, kepikiran saja boro-boro bro, karena diusir, jadi saya melapor ke Istana secara halus “Giro, gimana nih cek, aku nah ke bilik, tapi malah bla..bla…bla….” “Susah memang kalau mereka pada ga mau kerjasama, aku bantuin deh, balik lagi ya sebulan lagi”.
Tingit masuk ke sebuah warung makan yang menjual Lele dan menawarkan diri untuk membantu dan bekerja demi sekiping emas. Saran untuk mengembangkan warung di acuhkan, yang jelas mereka joroknya bukan main, masa habis makan tidak dibasuh tangannya dengan air suci, katanya sih itu tradisi di sana yang menjadi cita rasanya, iukh jorok bro, namun ya bukan masalah, toh saya bekerja disana bro. Kewajiban pun dilakukan seperti membelikan perkamen dari bilik Kertas, mencarikan lele terbaik, membuatkan aturan disana sesuai dengan aturan yang berlaku di Istana. Tingit pun terkaget karena tiba-tiba dikasih segenggam emas dan diminta untuk pergi dengan alasan kurang bisa berkomunikasi dengan baik serta melanggar aturan karena absen selama dua hari, padahal sudah diizinkan untuk mengambil perkamen Hijash. Tapi ya sudahlah….bro….emas bisa di kais di tempat lain, iya kan bro? Semangat!
Tingit berjalan kesana-kemari mencari segenggam emas karena ayahanda dan ibunda yang masa bodoh dan meminta lewat surat hantu yang sekali dikirim “Kamu harus bisa untuk berdiri sendiri, sampah!”.
Inilah yang bikin sakit hati karena ingin belajar ilmu pasti berupa pembacaan langit di Kerajaan Kehde, namun alasannya panjaaang seperti kereta kuda kami yang dideretin semua di pekarangan dekat gerbang Istana terluar yakni Istana Keluryk, namun untuk mencari sipir kuda khusus Raja hebohnya bukan main, duuuh cape deh bro….belum lagi yang lain seperti memperturutkan keinginan Garpu untuk membeli pakaian termahal di bilik perancang busana kerajaan. Ya sudah deh. To udah di buang ini kan bro?
Ketemulah Tingit dengan seorang wanita di pasar yang berjoget disana sambil bilang “Bahasa Kerajaan Gonh, Bahasa Kerajaan Grj, Bahasa Kerajaan Trik, Bahasa Kerajaan Bareh, murah meriah cuma 10 tembaga pada masing-masing Bahasa”. Karena tertarik, maka belajarlah.
Awalnya, sempat ditawari seorang pemuda yang mau membayarkan Tingit semua, “Aku bayarin yah? Aku juga mau, habisan aku pusing rakyatku ribut mulu tapi aku mau bantu, tapi kurang ngerti bahasanya, jadi yah gitu deh.”, namun ditolak dengan gelengan kepala dan tangan yang dilambaikan sambil berucap “Terimakasih yang mulia, karena Tingit sudah duluan membayar untuk semua bahasa”, psst rahasia ya bro, sebenarnya karena keengganan dan kasihan mesti mengurus rakyat jelata yang suka huru hara memintanya untuk turun tahta dari Kerajaannya sendiri, Kerajaan Tah.
“Nadiiiii…..Bahasa Trik ini begini? Ini itu ya? Begitu? Ada lagi? Peer lagi dooong boleh? Lagi masak ya, ini apa? Kenapa bisa?” sambil mengacungkan perkamen yang