Aku berdiri
Pada tepi kesunyian hati
Menatap sendu mentari
Cahayanya menyilaukan mataku kini
Aku mencari
Sesosok diri yang ku rindui
Separuh hati
Yang menjadi belahan jiwa ini
Pada hari itu
Ku temukan kau di sudut sepi
Tersenyum,
Meski tak pernah kau lihat pagi
Tidakkah kau takut
Hidup dalam kegelapan?
Tidakkah kau bosan
Tinggal bersama warna hitam?
Kau pun berkata dengan tenang,
Sebab Tuhan masih di sana,
Menjadi Pemilik dan Penolong bagi kita
Bila dapat ku tanya
Pada siapa hati itu kau labuhkan?
Agar ku temukan arah,
ke mana aku harus melangkah
Mungkin hari ini,
Ataukah esok.
Kau akan tahu,
Matahari telah terbit di hatiku
Mungkin hari ini,
Ataukah esok.
Kau akan menjadi jawaban
Dari setiap do’aku
Mungkin hari ini,
Ataukah esok.
Tuhan mengizinkan kita
tuk bersatu.
Mungkin hari ini,
Ataukah esok.
Semua kisahmu kan kembali
berganti menjadi titik dalam diri.
Sip sip. thanks ya untuk semua yang uda baca n kasih masukkannya 🙂
apa tunanetra itu identik dengan kegelapan? apa yg ada dalam pengelihatan seorang tunanetra adalah gelap dan gelap? saya seorang tunanetra !!! tapi kok pengelihatan saya nggak pernah gelap ya !!!
Ga juga sih….
tergantung jenisnya, mungkin bisa dilihat pada tulisan saya yang berjudul Makna cinta pada pasangan tunanetra dari Perspektif Psikologi yang ada di page 4 kalau mencari dengan menggunakan nama saya.
Gelap sebaiknya tidak selalu dimaknai dengan hitam atau tanpa cahaya. Tapi gelap dapat lebih objektif ketika mengacu pada kondisi berfikir yang belum mendapat pencerahan. Mungkin juga bagi seorang tunanetra yang dari lahir dan belum pernah melihat cahaya, antara gelap atau terang tak ada bedanya. sebab belum pernah melihat apa yang dinamakan terang.
halo, kategori tulisan inikami pindah ke Karfiksi ya. untuk tulisan2 bersifat fiksi seperti cerpen atau puisi. Terus untuk tag, silakan dapat diisi dengan kata kunci aatau jenis tulisan. Dalam hal ini kami sudah tambahkan tag puisi. terima kasih