Beberapa kali penulis pernah mendengar curhat dari beberapa teman sesama tunanetra. Curhat-curhat tersebut biasanya datang dari adik-adik kelas yang masih bersekolah di sekolah inklusi (sekolah umum yang bisa menerima tunanetra). Kurang lebih seperti ini curhatan mereka:
“Kak Fakhry, aku kalau di kelas sering sendirian kak. Temen-temen sekelas aku jarang yang mau temenan sama aku.”
atau
“Ry, gue sering gak kebagian kelompok kalau ada kerja kelompok.”
atau yang lebih mengenaskan (dan ini juga pernah penulis alami sendiri waktu penulis SMA)
“Kak, aku bete deh. Temen-temen aku di sekolah banyak yang sering ngisengin aku.”
Nah, dari curhatan-curhatan itu, penulis ingin berbagi sedikit pengalaman penulis selama bersekolah di sekolah inklusi. Sedikit cerita, penulis mulai pindah dari SLB ke sekolah inklusi sejak kelas 5 SD.
Dalam menjalani kehidupan bersekolah (dan tentu saja sepanjang kehidupan kita), kita pasti tidak lepas dengan yang namanya teman. Seperti yang kita ketahui bersama, manusia adalah makhluk sosial yang pasti membutuhkan teman untuk menyokong kehidupan. Tentu saja tidak ada manusia yang bisa hidup sendirian.
Namun, terkadang bagi sebagian orang, terutama untuk tunanetra yang baru mencicipi “dunia luar” dengan bersekolah di sekolah inklusi, pertemanan justru menjadi masalah yang cukup memusingkan. Sebab utamanya, di Indonesia (dan mungkin di berbagai belahan dunia lainnya), tunanetra masih dianggap sebagai “makhluk aneh” yang merepotkan. Stigma negatif itu muncul salah satunya karena sosialisasi yang masih sangat kurang tentang apa dan siapa sebenarnya tunanetra itu. Selain itu, banyak anggapan di masyarakat luas bahwa tunanetra hanya bisa menjadi tukang pijat, pengamen, pengemis, dan semacamnya.
Baiklah, penulis tidak akan berpanjang lebar menjelaskan apa dan siapa tunanetra itu. Yang ingin penulis bagikan kali ini adalah bagaimana tips yang bisa dilakukan agar tunanetra -khususnya bagi adik-adik yang masih bersekolah di sekolah inklusi- agar bisa mendapatkan teman (walaupun tidak banyak, setidaknya bisa mempunyai teman). Tidak menutup kemungkinan tips-tips berikut ini juga bisa berlaku untuk seluruh tunanetra, bahkan masyarakat umum.
1. Jadilah yang Pertama Kali Mengajak Berkenalan
Jangan menunggu orang lain yang mengajak berkenalan, tapi tunanetra yang harus mengajak orang berkenalan. Bagaimana caranya? Biasanya, ketika pertama kali masuk sekolah baru, para siswa akan mengikuti kegiatan Masa Orientasi Sekolah (MOS). Di situlah ajang berkenalan bagi seluruh siswa. Bagi yang tunanetra, cara yang paling mudah adalah dengan mengajak berkenalan orang yang berada di sekitar (yang duduk di depan, kanan, kiri, atau belakang). Dari situlah tunanetra bisa mendapatkan teman di sekolah barunya.
2. Jangan Menjadi Orang yang Pendiam dan Tertutup
Satu “penyakit” umum yang sering penulis temui di kalangan teman-teman tunanetra, mereka seringkali pendiam ketika memasuki linkungan baru. Ini adalah hal yang kurang baik, karena dengan menjadi orang yang pendiam dan tertutup, orang lain akan mengira bahwa tunanetra adalah orang yang sulit bersosialisasi. Bergabunglah dengan lingkungan sekitar dan jangan suka menyendiri.
3. Jangan Terlalu Narsis
Satu lagi fenomena yang sering penulis temui, terkadang tunanetra memiliki rasa narsis yang cukup tinggi. Mereka sering membanggakan kelebihan yang mereka miliki. Ini adalah hal yang harus dihindari, karena narsis yang berlebihan akan membuat orang menjadi malas berkenalan atau berteman dengan tunanetra. Narsis yang berlebihan akan menjurus ke sifat sombong. Solusinya, jangan terlalu menunjukkan kelebihan yang dimiliki, cukup sekadarnya saja. Jangan menjadi orang yang pamer.
4. Jadilah Orang yang Up To Date
Saat ini media informasi sudah sangat beragam, mulai dari televisi, radio, bahkan internet. tentu saja tunanetra pun dapat mengakses media informasi tersebut. Ini juga penting untuk kelancaran pertemanan. Dengan mengetahui informasi terbaru, tunanetra akan lebih “nyambung” ketika berkomunikasi dengan teman-teman mereka. Mereka bisa mengimbangi obrolan yang sedang ramai diperbincangkan.
5. Hindari Melakukan Hal-Hal Aneh
Terkadang tunanetra -termasuk penulis- sering melakukan hal-hal yang mungkin dianggap aneh, seperti menggerak-gerakkan tangan atau kaki, loncat-loncatan ketika sedang merasakan kegembiraan, dan semacamnya. Ini juga harus diminimalisir, karena orang akan menganggap aneh tindakan-tindakan tersebut. Hindari melakukan hal-hal aneh ketika sedang berkumpul dengan teman-teman. Jangan samakan dunia luar dengan kamar sendiri.
6. Jaga Sikap
Satu hal yang sangat penting dalam lancarnya pertemanan adalah menjaga sikap. Jangan mengeluarkan kata-kata yang tidak seharusnya dikeluarkan, jangan melakukan sikap-sikap yang tidak seharusnya dilakukan. Bersikaplah sewajarnya.
Nah, mungkin itu saja yang dapat penulis bagikan kali ini. Semoga teman-teman tunanetra dapat lebih berkembang di dunia luar terutama dengan mengikuti pendidikan di sekolah inklusi. Dan semoga tulisan ini juga menjadi koreksi khususnya bagi diri penulis pribadi dan umumnya bagi semua pembaca untuk menuju masa depan yang lebih baik.
sosialisasi jadi kebutuhan setiap orang, saya bukan tunanetra, saya guru di slb untuk peserta didik tunanetra, sedih rasanya mendengar curhatan kalian, tapi dari tulisan kalian saya masih menangkap ungkapan syukur, semangat dan keyakinan meraih masa depan ,selamat berjuang anakku, semoga Allah senantiasa memberi kalian kemudahan, Amin
Anak sekolah lebih kelihatan karakter aslinya. Yang baik kelihatan baiknya, yang jelek kelihatan jeleknya. Sementara kalau udah mahasiswa cenderung samar. Orang yang ramah dan mau ngajak ngobrol kita belum tentu baik. Jadi buat adik-adik yang bersekolah di sekolah umum, nggak usah rendah diri untuk bergaul. Ada yang ngisengin kita, wajar. Namanya juga kita punya kekurangan.
jadi difabel memang harus tahan banting. kalo diisengin, isengin balik aja. kalo dikatain, katain balik. Kalo diambil hati, kita yang susah sendiri. Harus dihindari jangan sampai di ujung keputus-asaan, malah mendo’akan anak yang dianggap menzolimi itu agar jadi disable juga. Bahaya, makin banyak nanti jumlah disable yang jadi tanggungan negara. hehe.
hehehehe setuju banget mas…cengin balik aja yaaa wkwkwkwk
Nomor 2 ngena banget, itu yang terjadi ama gw dulu 🙂
good tips bung! oia mungkin satu hal tambahan. Dengan adanya situs jejaring sosial saat ini juga membantu tunanetra dapat mengenal orang lebih banyak. sebagai contoh ketika memasuki kelas baru, maka maksimum dia hanya dapat berkenalan dengan orang yang duduk di sebelahnya saja. Tapi setelahnya, coba untuk masuk dalam grup Facebook yang dibuat untuk kelas, lalu add semua orang di sana. Biasanya kan pada pertemuan pertama akan memperkenalkan diri. Maka dari sana biasanya ada beberapa nama yang diingat. Selanjutnya, mulailah bertegus sapa di jejaring sosial dengan teman2 yang sudah menerima jadi friend di Facebook. Dari sana biasanya teman2 yang bukan tunanetra baru akan mulai terbuka dan menganggap bahwa si tunanetra itu juga enak diajak berteman. #CMIIW
hahaha, iya betul juga. jejaring sosial adalah salah satu media yang cukup ampuh untuk mencari teman 🙂
ya pesan2 gw sih Ri. Di UI kan ada 12 fakultas, minimal lo harus ada satu modusan lah di tiap fakultas. anggap jadi networking lo itu. haha 😀