MENCONTEK

Pada suatu hari. Ada dua gadis. Namanya Nisa dan Sani.
Mereka adalah teman satu kelas. Bersekolah di SMA pinggiran Kota.
Nisa sangat menyukai pelajaran bahasa Indonesia. Selain itu, juga lumayan pintar. Dalam pelajaran yang lainnya.
Sedangkan, Sani. Suka pelajaran olahraga. Namun, tidak suka pelajaran bahasa Indonesia.
Kebetulan hari senin ada pelajaran bahasa Indonesia. Pak Abdul membahas tentang puisi. Di akhir pelajaran. Diberi PR.
“PR untuk dikumpulkan minggu depan. Buatlah puisi! Empat bait. Perbaitnya empat baris.” Ujarnya.
“Baik, pak.”
Ketika Nisa mengerjakan PR. Sani pun bertanya. Lewat chat whatsapp.
Karena, tidak tinggal di kosan yang sama.
“Sedang mengerjakan apa, Nis?”
“Ini, San. Bikin PR dari, pak Abdul. Kamu sudah mengerjakan atau belum?”
“Belum ni, Nis. Soalnya, aku tidak bisa bikinnya.”
“Ya sudah, kalau gitu. Dipahami dulu. Biar kamu mengerti caranya bikin puisi.”
Ucap, Nisa. Dengan tulus.
Sani mengiyakan. Saran, Nisa.
Sani nyatanya tidak berusaha. Untuk membuat puisi. Malah diam-diam mencontek dari internet. Tanpa diketahui oleh, Nisa.
“Dari pada bingung. Untuk menghasilkan puisi yang bagus. Mending aku mencontek saja. Di internet.” Batin, Sani.
Satu minggu telah terlewatkan. Nisa dan Sani. Kembali belajar bahasa Indonesia.
Tiba saatnya mengumpulkan PR.
Pak Abdul meneliti PR seluruh siswanya satu persatu. Giliran memeriksa PR milik, Sani.
Pak Abdul menghukumnya. Secara tiba-tiba.
“Keluar kamu, Sani! Sekarang juga! Buatlah puisi di bawah sinar matahari! Di depan sekolahan!”
“Tapi kan, pak…”
“Tidak ada kata tapi. Saya tahu, itu puisi yang kamu kumpulkan. Kamu mencontek dari internet.”
Dengan berat hati. Sani melaksanakan apa yang dikatakan gurunya.
Sani pun membuat puisi secara mandiri. Dengan sebisanya. Setelah itu, kembali dikumpulkan.
“Nah, gitu. Membuat PR itu apa adanya. Janganlah mencontek. Walaupun hasilnya sederhana.” Tukas, pak Abdul.
Ketika jam istirahat. Nisa mengintrogasinya.
“Mengapa kamu tidak belajar? Malah mencontek, San?”
“Sebab, aku bingung dan tidak mengerti. Bagaimana agar mendapatkan puisi yang bagus. Akan tetapi kejadian ini. Adalah pelajaran yang sangat berharga bagiku, Nis.”
“Iya, San. Semoga dengan kejadian ini. Kamu belajarnya semakin semangat dan tidak mencontek lagi.”
Sani mengangguk. Tanda mengerti.
Selesai

Baca:  Buaya dan Rawa
Bagikan artikel ini
Linatun Nisa
Linatun Nisa
Articles: 13

Leave a Reply