Jakarta, Kartunet.com – Para calon mahasiswa yang menginginkan masuk PTN tapi tak mungkin ikut SNMPTN masih memiliki peluang di jalur tes tertulis. Saat ini terdapat jalur yang disebut Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) yang merupakan ganti dari SNMPTN jalur tertulis. Biasanya, ada pula jalur mandiri yang diselenggarakan oleh PTN tertentu dengan seleksi tertulis pula. Jalur SBMPTN oleh pemerintah ditetapkan sebesar 30% dari kuota maksimal PTN, sementara jalur mandiri maksimal 20%. Jika ingin jadi salah satu pejuang di antara ribuan calon mahasiswa lain di jalur tes tertulis, berikut ada beberapa tips yang dapat disimak.
SBMPTN adalah nama baru untuk sistem tahun lalu, SNMPTN tertulis. Selain siswa SMA dan sederajat yang lulus tahun 2013, lulusan dua tahun sebelumnya (2012 dan 2011) juga masih berpeluang mengikuti SBMPTN. Nilai atau kelulusan Ujian Nasional tidak jadi parameter SBMPTM. Bahkan ijazah lulus paket C sudah cukup untuk mengikuti tes SBMPTN.
Sama seperti jalur tes sebelumnya, SBMPTN dikenakan biaya pendaftaran sesuai dengan jumlah pilihan. Pihak Kemdikbud belum mengeluarkan jadwal resmi SBMPTN, namun diperkirakan tanggalnya adalah sekitar bulan Juli seperti SNMPTN tertulis atau sebelumnya SPMB. Selain itu, mekanisme pendaftaran dan jumlah pilihan pun belum ada ketentuan resmi walau diperkirakan tidak jauh berbeda dengan SNMPTN jalur tertulis.
Pada SNMPTN tertulis, terdapat tiga kelompok peserta yaitu IPA, IPS, dan IPC (campuran). Apabila memilih IPA atau IPS, maka peserta hanya dapat memilih dua jurusan di PTN yang sama atau berbeda. Sedangkan peserta yang memilih IPC diperbolehkan memilih tiga jurusan dengan satu pilihan di bidang IPA atau IPS. Materi yang diujikan meliputi Tes Potensi Akademik (TPA), Tes Bidang Studi Dasar (Matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris), dan Tes Bidang Studi IPA (Matematika, fisika, kimia, biologi) atau Tes Bidang Studi IPS (Ekonomi, Geografi, Sosiologi, dan Sejarah).
Strategi dalam memilih jurusan adalah dengan menempatkan pilihan pertama untuk jurusan dan PTN yang menjadi cita-cita, dan pilihan kedua atau ketiga (IPC) sebagai jurusan dan PTN yang realistis. Misal kamu bercita-cita untuk masuk jurusan Komunikasi UI, tempatkan pilihan itu pada pilihan pertama. Sedangkan pilihan realistisnya, ambil jurusan dan PTN yang rasio peminat atau passing grade lebih kecil. Bagus apabila ada alternatif yang juga disukai, akan tetapi jika tak ada yang berkaitan, pilihlah yang punya peluang lebih besar. Jurusan yang peluang masuknya lebih besar biasanya adalah jurusan yang baru dibuka atau memang kalah level dibanding jurusan sama di PTN lain.
Contohnya, jurusan yang menjadi cita-cita Anda adalah kedokteran di UI. Maka tempatkan FK UI pada pilihan pertama. Selanjutnya untuk pilihan kedua, dapat memilih FK di PTN lain dengan rasio peminat lebih kecil seperti di Undip, Unila, UIN, dll. Jangan memilih FK di Unpad atau UGM yang kemungkinan punya passing grade yang relatif sama. Alternatifnya, dapat memilih jurusan lain seperti Kesehatan Masyarakat atau Keperawatan di PTN yang sama dengan passing grade lebih rendah akan tetapi tak jauh bidang keilmuannya. Ingat, kesuksesan ditentukan oleh kerja keras dan seberapa besar ingin mencintai profesi yang dijalani, bukan semata dari universitas mana yang ditempati.
Setelah memilih jurusan, perlu strategi pula dalam mengerjakan soal ujian SBMPTN atau Ujian Mandiri. Format soal yang ditawarkan biasanya tak sama antar tes. Namun, hal yang menjadi titik dasar pada seleksi masuk PTN jalur tes adalah logika. Kemampuan peserta ujian dalam memanfaatkan logika sangat menentukan. Hampir semua jenis soal tidak lagi berbentuk seperti Ujian Nasional SMA yang murni didasari pada keilmuan. Selain pengetahuan, kemampuan menganalisa soal dan menjawabnya sangat penting. Maka, cermatlah dalam membaca soal, banyak berlatih soal-soal SNMPTN tertulis atau SBMPTN, dan selalu tenang dalam menjawab soal. Coretan pertama di lembar jawaban biasanya pilihan terbaik.
SBMPTN atau jalur mandiri masuk PTN dikenakan biaya tertentu, yang jumlah resminya belum diumumkan oleh pemerintah. Namun, sebaiknya dapat mulai dipersiapkan biaya sebesar beberapa ratus ribu rupiah untuk mengikuti ujian. Pendaftaran dapat dilakukan melalui kolektif sekolah, atau saat ini umumnya mendaftar via online. Pembayaran hingga cetak kartu ujian dilakukan via online.
Nah, lalu bagaimana dengan calon mahasiswa penyandang disabilitas? Pada SNMPTN atau SPMB terdahulu, ada aturan bahwa apabila peserta ujian memiliki kebutuhan khusus, maka pihak panitia SNMPTN atau SPMB akan membantu proses ujian. Khususnya bagi peserta tunanetra, panitia akan menyediakan dua orang pendamping yang bertugas membacakan dan menuliskan pilihan jawaban. Peserta biasanya cukup membuat kode jawaban dengan jari atau menyebutkannya lisan, kemudian akan dituliskan oleh pendamping. Ruangan yang dipakai khusus, tidak bersama dengan peserta nondisabilitas lainnya.
Agar mendapatkan dukungan tersebut, calon peserta dengan disabilitas perlu mendaftarkan diri ke panitia pusat, bukan lewat kolektif sekolah. Khusus ujian Mandiri, selain mendaftar online, dapat datang ke pusat registrasi di PTN terkait. Di tempat registrasi, calon peserta dapat langsung menjelaskan kebutuhannya kepada panitia sehingga dapat dipersiapkan ketika hari berlangsungnya ujian.
Usahakan pula untuk saat proses pendaftaran didampingi oleh lembaga ketunanetraan yang ada di daerah sekitar, sehingga dapat membantu menjelaskan kepada pihak panitia. Apabila calon peserta berdomisili di Jakarta, dapat dikonsultasikan ke Yayasan Mitra Netra atau ke Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) di regional terdekat.
Selamat berjuang jika ingin mengikuti jalur test masuk PTN. Apapun hasil yang didapat, Tuhan punya keputusan terbaik untuk Anda. Belajar tekun, gunakan strategi, timba pengalaman dari mereka yang sudah sukses sebelumnya, lalu tenang saat ujian dan biar Tuhan yang menentukan. (DPM)
Editor: Muhammad Yesa Aravena