Kiat Kuliah Mahasiswa Disabilitas

Jakarta, Kartunet.com – Peralihan dari masa sekolah ke kuliah membutuhkan beberapa penyesuaian, tak terkecuali calon mahasiswa dengan disabilitas. Pada tahap perguruan tinggi, mahasiswa dituntut untuk mandiri dan memberdayakan segala sesuatu yang dapat mendukung studinya. Bagi seorang penyandang disabilitas, perlu kiat-kiat khusus agar tidak kesulitan ketika memasuki status sebagai mahasiswa. Apabila anda orangtua atau calon mahasiswa dengan disabilitas, ada baiknya menyimak beberapa kiat berikut.


Proaktif dan Komunikatif


Berbeda dengan masa sekolah, di perguruan tinggi alur informasi tidak dikendalikan dari atas ke bawah. Saat di sekolah, dapat ditemui berbagai pengumuman akan dibuatkan selembaran atau diumumkan oleh pihak sekolah dari loud speaker central. Namun ketika di perguruan tinggi, mahasiswa perlu proaktif dalam mencari berbagai informasi seperti peluang beasiswa, jadwal perkuliahan, dll. Cara yang paling mudah adalah dengan selalu update pada website resmi kampus, jejaring social komunitas mahasiswa, atau sesekali bertanya pada teman.

Baca:  Pendukung yang Buta

Mahasiswa dengan disabilitas juga perlu proaktif dalam perkuliahan. Di dalam kelas, komunikasikan kepada dosen di tiap kelas baru bahwa Anda adalah seorang dengan disabilitas, sehingga agar dapat disesuaikan ketika mengajar. Hal ini perlu agar tidak ada kesalah-pahaman dari dosen yang mengira Anda bukan disabilitas karena tidak semua penyandang disabilitas terlihat jelas. Misal bagi seorang tunanetra, penting untuk memberitahu dosen bahwa Anda adalah tunanetra. Agar saat memanggil Anda, beliau mengucapkan nama Anda, tidak sekedar menunjuk seperti pada mahasiswa lainnya.


Komunikasikan pula apa yang menjadi kebutuhan Anda kepada dosen atau jurusan tempat Anda kuliah. Jangan sampai karena Anda diam maka pihak jurusan menganggap Anda tak ada masalah, dan berpengaruh pada studi yang kurang optimal. Misal pada mahasiswa tunanetra. Komunikasikan bahwa Anda membutuhkan pendamping untuk membacakan soal ujian (reader) atau softcopy soal untuk kemudian dikerjakan di laptop. Sampaikan juga apakah hasil jawaban ujian tersebut ingin dikumpulkan dalam flashdisk dosen, dikirim via email, atau dicetak dulu pada warnet terdekat. Dengan adanya komunikasi yang baik antara mahasiswa dan dosen, potensi hambatan yang diakibatkan oleh disabilitas Anda dapat direduksi.


Sok Kenal Sok Deket


SKSD dibutuhkan oleh mahasiswa disabilitas dalam pergaulan sesama mahasiswa. Ketika di dalam kelas misalnya, seorang mahasiswa tunanetra jangan pernah sungkan untuk bertanya pada mahasiswa di sebelahnya apabila ada sesuatu yang kurang jelas dari dosen, atau minta dibacakan sesuatu. Tak perlu harus memastikan bahwa dia di sebelah adalah teman yang sudah dikenal atau belum. Setelah minta bantuan dan ternyata dari suara bukan teman yang dikenal, dari sana perkenalan dapat terjadi.


Di luar kelas pun seperti itu. Seperti saat penerimaan mahasiswa baru dimana biasanya ada kegiatan-kegiatan orientasi yang dibagi ke dalam kelompok-kelompok berbagai mahasiswa lintas jurusan atau fakultas. Mahasiswa dengan disabilitas perlu membuka diri dan mengajak kenalan terlebih dulu orang yang minimal ada di dekatnya. Sikap ini penting untuk menunjukkan bahwa Anda seorang yang terbuka dan siap untuk berteman. Karena pada umumnya, orang yang ingin mengenal mahasiswa disabilitas akan mengurungkan niatnya apabila dia hanya diam dan pasif. Mereka khawatir jika memulai lebih dulu hal tersebut dapat menyinggung atau kurang berkenan.

Baca:  Fitra, Tunanetra Bisnis Mobil Omset Ratusan Juta

Mahasiswa disabilitas harus tidak merasa sungkan dengan keterbatasan yang dimiliki. Seperti saat meminta teman atau ada orang yang membantu untuk mobilisasi atau pekerjaan lain. Jangan lupa jelaskan bagaimana cara membantu yang benar. Karena biasanya mereka yang membantu punya niat baik, tapi tak tahu cara yang benar. Contoh bagi mahasiswa disabilitas daksa pengguna kursi roda, tunjukkan cari yang benar bagaimana untuk mendorong atau membantu mengangkat kursi roda untuk menaiki undakan. Sedangkan bagi tunanetra, dapat memberitahukan teman yang membantu menuntun jalan bagaimana cara memegang lengan yang benar dan cara membantu menyeberang selokan atau lubang.


Kenali juga orang-orang penting yang berpotensi membantu. Namun ini bukan hanya jajaran tinggi di fakultas atau rektorat untuk mengkatrol nial kuliah, tetapi orang-orang seperti satpam, penjaga gedung, petugas akademik, atau tukang bersih-bersih. Mereka ini adalah orang-orang yang akan sering ditemui dan dapat membantu ketika mengalami kesulitan. Contoh ketika mahasiswa tunanetra beradada di satu gedung dan tak tahu letak persisnya suatu kelas. Dia dapat meminta bantuan penjaga gedung yang dikenalnya tanpa sungkan lagi.


Persiapkan Peralatan Mandiri


Perlu diakui, bahwa system di perguruan tinggi di Indonesia belum sepenuhnya support penyandang disabilitas. Namun masih dapat disyukuri, dan dioptimalkan, bahwa perguruan tinggi, terutama PTN, tak berhak untuk menolak penyandang disabilitas. Oleh karena itu, mahasiswa disabilitas perlu mempersiapkan alat-alat bantu sederhana selama perkuliahan.


Pada mahasiswa tunanetra, mutlak diperlukan perangkat computer atau minimal laptop. Keberadaan gadget tersebut amat diperlukan untuk mengerjakan banyak hal sebagai ganti tulis tangan dan membaca awas. Laptop yang dilengkapi dengan program pembaca layar, memungkinkan mahasiswa tunanetra menulis dan mencetak tugas kuliah atau ujian secara mandiri. Ditambah dengan adanya scanner, tak jadi masalah ketika harus membaca buku bukan Braille. Buku-buku tersebut cukup dipindai di atas scanner, kemudian hasil pindaian dibaca pada laptop yang dilengkapi program pembaca layar.

Baca:  Pelanggaran HAM Kembali Dilakukan

Ada juga bagi mahasiswa tunarungu, persiapkan selalu kertas dan spidol, atau papan tulis magnet untuk membantu berkomunikasi. Di masyarakat sangat sedikit yang mampu berbahasa isyarat. Maka, mahasiswa tunarungu harus mensiasatinya dengan bahasa tulisan. Terutama pada saat-saat mendesak seperti ingin bertanya di jalan atau mengajukan pertanyaan pada dosen. Solusi lebih canggih, apabila sudah punya iPad atau tablet, gadget tersebut dapat digunakan untuk berkomunikasi secara tulisan dengan layar lebarnya.


Di atas beberapa kiat yang apabila diperlukan dapat diterapkan pada mahasiswa dengan disabilitas. Namun pada penerapannya, kembali lagi pada kebutuhan dan kondisi penyandang disabilitas tersebut. Utamakan komunikasi karena yang paling mengerti tentang Anda adalah diri Anda sendiri.(DPM)

Bagikan artikel ini
Dimas Prasetyo Muharam
Dimas Prasetyo Muharam

Pemimpin redaksi Kartunet.com. Pria kelahiran Jakarta 30 tahun yang lalu ini hobi menulis dan betah berlama-lama di depan komputer. Lulus dari jurusan Sastra Inggris Universitas Indonesia 2012, dan pernah merasakan kuliah singkat 3 bulan di Flinders University, Australia pada musim semi 2013. Mengalami disabilitas penglihatan sejak usia 12 tahun, tapi tak merasa jadi tunanetra selama masih ada free wifi dan promo ojek online. Saat ini juga berstatus PNS Peneliti di Puspendik Balitbang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Kunjungi blog pribadinya di www.dimasmuharam.com.

Articles: 313

3 Comments

  1. Aku mau nambahin dong untuk yang disabilitas non fisik.

    Cobalah untuk terus terang mengenai kondisi, terkadang mereka sulit menerima, cenderung malas, dan menghindari.

    Cobalah bersikap normal seperti yang lainnya,
    Galilah potensi dan kompetensi yang terpendam atau yang telah dimiliki.

    Minder itu wajar, tapi ingat dibalik kelemahan ada kelebihan.

    Keterbatasan yang tanpa batas. KIta ini mampu kok.

Leave a Reply